Pengrajin Keranjang Parsel di Situbeet Kota Tasikmalaya Sulit Mendapat Bahan Baku

- 29 Maret 2023, 23:19 WIB
ENGKUs (64) ditemani anaknya Mila (35) pengrajin keranjang parsel di sentra pengrajin bambu Situ Beet, Kelurahan Cipari, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Rabu (29/3/2023).*
ENGKUs (64) ditemani anaknya Mila (35) pengrajin keranjang parsel di sentra pengrajin bambu Situ Beet, Kelurahan Cipari, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Rabu (29/3/2023).* /Asep MS/

KORAN PR-Sejumlah pengrajin anyaman bambu di Sentra Kerajinan Bambu (SKB) Kota Tasikmalaya mengeluhkan sulitnya bahan baku pembuatan keranjang parsel pada Ramadan 1444 tahun ini. Para pengrajin memgatakan, sulitnya bahan baku berupa bambu dikarenakan banyak perbukitan di Kota Tasikmalaya yang biasanya menjadi lumbung bambu habis dijadikan tambang pasir.

Menurut pengrajin, dulu untuk mendapatkan bambu tinggal ke gunung beli dari pemiliknya langsung sehingga harganya murah."Sekarangmah bukitnya sudah tidak ada karena habis ditambang sehingga bambu sulit didapat," ujar Engkus (64) salah seorang pengrajin anyaman bambu di Kampung Situbeet Kecamatan Mangkubumi Kota Tasik, Rabu (29/3/2023).


Saat ini kata Engkus, untuk mendapatkan bambu para pengrajin terpaksa beli dari matrial dengan harga jauh lebih mahal." Kalau dari gunung langsung paling Rp 7.000 per leunjeur (batang). Kalau sekarang beli dari matrial harga satu batangnya bisa mencapai Rp 25.000," katanya.

Sehingga ujar Engkus,  biaya produksi anyaman bambu-pun menjadi tinggi. Sementara untuk penjualan barang harganya tetap. " Ya harga jualmah tetap pak, paling naiknya juga sedikit, karena kalau dinaikan terlalu tinggi tidak akan ada yang beli," katanya.

Dengan kondisi seperti itu lanjut Engkus, banyak pengrajin anyaman bambu di daerahnya yang berhenti jadi pengrajin anyaman bambu. Warga banyak yang beralih profesi menjadi pedagang atau bekerja di tambang pasir. "Kalau dulumah hampir 90 persen masyarakat disini bermata pencaharian sebagai pengrajin anyaman bambu, makanya daerah Situbeet disebut sebagai sentra anyaman bambu, kalau sekarang warga yang masih bertahan bisa dihitung jari," ujar Engkus.

Dari sisi pesanan kata Engkus, untuk keranjang parsel saat ini sedikit mengalami penurunan. Penurunan tersebut dikarenakan penurunan ekonomi masyarakat yang belum pulih pasca covid."Saya saja yang biasa memasok hampir 1.000 keranjang ke pasar sentra kerajinan di Rajapolah, kini paling hanya 300 keranjang saja yang di pesan," katanya.

Lain dengan Engkus, pengrajin keranjang parsel lainnya Rina Mariana (30) mengalami nasib yang lebih mujur. Menurut Rina, walaupun permintaan di pasar lokal sedikit menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya khususnya sebelum covid, namun untuk  permintaan dari luar kota cukup tinggi. Pada Ramadan tahun ini, produksi keranjang parsel milik Rina diakuinya meningkat hingga 80 persen dibanding hari biasanya.

"Biasanya kalau diluar bulan puasa ini, kami sebulan membuat 500 pieces keranjang. Tapi sekarang atau saat Ramadan, dalam sehari produksi bisa mencapai 1.200 set keranjang untuk dikirim ke Yogyakarta, Cirebon, Bandung dan Bekasi,"tuturnya.

Mariana mengaku, saking banyaknya permintaan, ia pun mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku. Sehingga kata dia, dirinyapun sempat meminta kiriman bahan baku dari Jepara."Untuk memenuhi pesanan, sampai-sampai saya pesen bambu dari Jepara karena untuk di Tasikmalaya bambu sudah sangat susah," ujarnya.

Adapun kata dia, untuk jenis barang anyaman bambu yang banyak dipesan selain keranjang parsel seperti boks, tarawangan, kotak pita, tempat bolu, parsel warna, parsel, soday, mangkok tigen dan yang lainnya.

Mariana juga mengatakan, pengrajin anyaman bambu di Kecamatan Mangkubumi Kota Tasik terpusat di tiga daerah yaitu Ciparay, Situbeet dan Cimanggu.Mereka mengerjakan anyaman bambu dari berbagai daerah  seperti dari Bandung, Cianjur, Sukabumi, Cirebon, Jakarta bahkan sampai Sumatera. Namun untuk saat ini kebanyakan pesanannya melalui sistem online.***
 

Editor: Nuryani


Tags

Terkini

x