Para Siswa Tuna Rungu Belajar Alquran, Selama Ramadan Diintensifkan

- 27 Maret 2023, 16:32 WIB
YAYASAN Rumah Tuli Jatiwangi di Desa Jatiwangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabuaten Majalengka meningkatkan intensitas pembelajaran Al Qur’an setiap hari bagi puluhan siswanya.
YAYASAN Rumah Tuli Jatiwangi di Desa Jatiwangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabuaten Majalengka meningkatkan intensitas pembelajaran Al Qur’an setiap hari bagi puluhan siswanya. /Tati Purnawati/

KORAN PR-Selama Ramadhan Yayasan Rumah Tuli Jatiwangi di Desa Jatiwangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka meningkatkan intensitas pembelajaran Al Qur’an bagi puluhan siswanya. Biasanya hanya dilaksanakan setiap hari Sabtu, namun kini digelar setiap hari.

 Pengasuh Rumah Tuli Jatiwangi, Pudji Achmad Gani mengatakan, pembelajaran membaca Al Quran menjadi agenda rutin yayasannya pada setiap  bulan Ramadan dan kegiatannya ditingkatkan dibanding hari biasa.

Jika hari biasa hanya dilakukan di hari Sabtu mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 11.00 siang hari, di saat bulan Ramadhan dilaksanakan setiap hari mulai subuh hingga siang hari. Jumlah pesertanya mencapai puluhan orang yang datang dari berbagai desa di Jatiwangi bahkan ada yang berasal dari luar kecamatan.

“Pelaksanaan pembelajaran dibagi menjadi dua kelas, ada yang masih iqra ada yang sudah bisa membaca. Jumlah pesertanya ada 20 orang,” ungkap Pudji.

Kebetulan menurutnya sekolah reguler mereka disaat bulan Ramadhan libur sehingga kegiatan belajar Al Quran bisa lebih ditingkatkan. Mereka diberi pembelajaran membaca Al Quran dengan metode tilawah dengan bahasa isyarat.

"Yang kami usung itu, metode tilawah, jadi hampir semua tajwidnya kita isyaratkan, hanya beberapa yang belum isyaratkan, seperti gorib, karena yang berhubungan dengan suara," ungkapnya.

Untuk mempermudah pembelajaran, setiap murid didampingi oleh satu orang pendamping agar lebih cepat berhasil. Beberapa diantaranya sudah bisa mengaji dengan benar karena terus berlajar di Rumah Tuli yang dikelolanya.

Disampaikan Pudji, pendirian Rumah Tuli dan pembelajaran Al Quran dilatarbelakangi keprihatinannya, karena banyak yang disabilitas rungu ternyata belum bisa mengaji, ada yang bisa namun belum lancar karena sulitnya melakukan komunikasi dengan bahasa isyarat terutama untuk belajar mengaji.

"Pada awal-awal mendirikan ada yang belum mengetahi sama sekali soal ilmu agama . Dari latar belakang tersebut kami berhasil mendirikan yayasan yang sebelumnya hanya sebuah komunitas atau kelompok pegiat sosial berkebutuhan khusus. Untuk mendirikan ini banyak ragam rintangan,” paparnya.

Sementara itu salah seorang siswa tunarungu, Muhammad Aroz Kamaluddin (22) asal Desa Sukaraja Wetan, Kecamatan Jatiwangi mengatakan, dirinya sudah sejak tahun 2017 ikut belajar membaca Al Quran di Rumah Tuli Jatiwangi. Kini dia sudah bisa membaca tentu dengan bahasa isyarat dan bahkan sudah bisa mengajari sejumlah temannya yang lain yang baru masuk.

"Di Rumah Tuli Jatiwangi ini saya bisa mengetahui bahasa-bahasa isyarat dan bisa mengaji. Alhamdulillah saya sekarang dipercaya menjadi pengajar juga di sini untuk siswa yang baru," ungkap Aroz melalui penerjemah Pudji.

Dia akan terus belajar dan mengajar agar lebih banyak orang dengan kondisi disabilitas rungu yang bisa bahasa isyarat dan bisa mengaji. Karena menurutnya tidak semua orang tua peduli dengan anaknya pada mengaji.

“Saya berharap orang lain yang memiliki keterbatasan seperti saya bisa mengaji, mengetahui tentang agama islam dan mereka bisa menjalankan ibadah dengan baik. Bisa belajar agama dengan mendalam seperti halnya mereka yang memiliki pendengaran, agar kelak di Majalengka banyak ustad disabilitas rungu yang bisa mengajar lebih mendalam tentang agama untuk orang disabilitas,” harapnya.***

 

Editor: Nuryani


Tags

Terkini

x