Kerukunan antara umat beragama di tatar galuh Ciamis, lanjutnya, sudah berlangsung sejak nenek moyang, lama. Setidaknya dengan adanya bangunan masjid, gereja, kelenteng maupun litang. “Kita akan membuat sejarah cerita yang baik untuk diturunkan kepada anak cucu, bahwa kerukunan bersama, hidup berdampingan secara aman dan damai,” tuturnya.
Berkenaan dengan munggahan bersama ini, Romo Gatot Hendarso dari Gereja Katolik Santo Yohanes, mengatakan kerukunan antar umat beragama dapat dilakukan dengan cara sederhana. Salah satunya yakni melaksanakan kebersihan lingkungan bersama setiap menjelang hara raya keagamaan.
“Termasuk munggahan ini, kita bisa makan bersama tanpa memandang darimana mereka berasal, lintas agama. Dan sebenarnya hubungan antar umat beragama ini bisa tetap terjaga dengan baik dari hal yang sederhana, seperti makan bersama ini,” tuturnya.***