Sulit Menjemur Karena Cuaca Ekstrem, Petani di Majalengka Menjual Gabah Basah

- 28 Februari 2023, 16:06 WIB
PETANI memanen tanaman padinya di Kabupaten Majalengka, Selasa  28 Februari 2023. Petani memilih menjual gabah basah karena cuaca buruk.
PETANI memanen tanaman padinya di Kabupaten Majalengka, Selasa 28 Februari 2023. Petani memilih menjual gabah basah karena cuaca buruk. /Tati Purnawati/

KORAN PR-Para petani di Maalengka mengeluhkan harga gabah yang terus merosot hingga mencapai Rp 4.500 per kg gabah basah dan Rp 5.900 per kg untuk gabah kering. Sebagian besar petani memilih menjual gabah basah selain menghindari harga gabah yang terus merosot juga cuaca ekstrim sehingga petani sulit menjemur.

Cecep dan Odo petani di Desa Kertajati menyebutkan, harga gabah hampir setiap hari mengalami penurunan seiring panen yang semakin meluas. Saat ini harga gabah di tiap wilayah hampir merata sebesar Rp 590.000 hingga Rp 600.000 per kw.

Harga gabah sebesar itu jika penen dilakukan dengan combine harvester, yang hasil panennya lebih bersih dari sampah dan gabah hampa,  bukan di rontog atau gebuk yang masih menyisakan banyak sampah serta gabah hampa.

“Lamun di gapret mah hargana ge murah ngan Rp 4.000  sakilo, ayeuna mah bandar arembungeun harga mahal digapret mah (kalau panennya di rontog atau gebuk harganya lebih murah hanya Rp 4.000 per kg, sekarang bandar gabah tidak bersedia membeli harga mahal jika panen dengan cara di gebuk),” ungkap Odo.

Menurut Odo, sekarang lebih banyak petani yang langsung menjual gabah basah karena petani kesulitan menjemur, curah hujan yang tinggi terlebih seminggu belakangan ini hujan terus menerus terjadi nyaris tidak ada panas matahari.

Hal yang sama disampaikan Ela petani lainnya yang begitu panen gabahnya langsung dijual sehingga ketika pulang ke rumah membawa uang bukan gabah. Demikian juga dengan pekerja derep (buruh panen) mereka langsung menjual gabah hasil derepnya kepada tengkulang yang datang ke sawah.

Petani rugi

Ilah, Emi, Anah dan Engking petani di Desa Cibentar gabahnya hasil panenya, hitam dan tumbuh karena tidak mendapatkan sinar matahari. Dipastikan gabahnya tidak akan bisa dijual padahal dia berharap bisa menjual gabahnya untuk biaya garap berikutnya serta untuk menutupi biaya sewa lahan.

“Parena ayeuh jadi kakeukeum hideung, tos dipanen tiap dinten meredong, hujan unggal dinten ti enjing dugi ka wengi, jadi pare ditutupan wae terpal, aya nu di karungan, antukna kieu jadi kacambah,(awalnya padi rebah sehingga warnanya hitam, ketika dipanen tidak ada sinar matahari terus ditutupi terpal, sebagian di karung, akibatnya gabah tumbuh bertunas seperti kecambah).”  ungkap Engking.

Semula dia ingin menjual gabahnya namun nampaknya gabah miliknya tidak akan laku di jual, akhirnya dia akan simpan sebagai cadangan pangan untuk satu tahun, itupun jika gabah yang tumbuh tunas tidak menjadi hampa.

Halaman:

Editor: Nuryani


Tags

Terkini

x