Terserang Penyakit, Hasil Panen Padi di Cijeungjing Ciamis Anjlok 50 Persen

- 27 Februari 2023, 08:44 WIB
  PETANI di wilayah Handapherang, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis menunjukkan malai gabah yang kena penyakit potong leher atau blas, Minggu  26 Februa2023. Serangan penyakit tersebut mengakibatkan panen anjlok hingga 50 persen.
PETANI di wilayah Handapherang, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis menunjukkan malai gabah yang kena penyakit potong leher atau blas, Minggu 26 Februa2023. Serangan penyakit tersebut mengakibatkan panen anjlok hingga 50 persen. /Nurhandoko Wiyoso/

KORAN PR- Hasil panen di wilayah Handapherang dan sekitarnya di Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, anjok hingga 50 persen akibat terserang penyakit potong leher atau blast. Petani juga memilih untuk melakukan panen lebah awal, karena khawatir gabahnya busuk.

Pantauan  “PR” d wilayah Handaherang, Minggu 26 Februari 2023 sejumlah petani tengah panen. Tanaman padi yang dipanen, tampak bulir gabah masih banyak yang terlihat hijau. Ketika dilihat lebih dekat,  malai gabah bagian bawah kosong atau hampa, yang berisi hanya bagian atas sekitar pucuk.

Saat dirontokan dengan mesin, maupun dengan cara  digepyok (digebot), lebih banyak bulir gabah yang tertiup angin, karena hampa. "Panen sekarang anjlok sampai 50 persen, tanaman kena penyakit potong leher. Hanya bagian atas yang isi, sedang yang bawah kosong. Banyak sawah yang kondisinya seperti ini, kena penyakit potong leher,” kata Kayat, petani Handapherang, Minggu 26 Februari 2023.

Dia mengungkapkan, memilih panen tanaman padi jenis mawar dan Ciherang lebih awal. Alasannya karena khawatir gabah yang normal busuk. Biasanya  Hayat  mengaku dalam kondisi normal panen dilakukan ketika tanaman padi berumur 110 -120 hari.

“Sakarang baru tiga bulan lebih sedikit, sekitar 100 hari sudah panen. Saya khawatir kalau terlalu lama, gabah yang bagus justru busuk. Daripada rugi lebih besar, ya panen lebih awal. Memang kualitas gabah sedikit rendah dibanding kondisi normal,” tuturnya.

Hayat  menambahkan, akibat kena serangan potong leher ini, berdampak pada hasil panen anjlok sampai 50 persen. Dia menjelaskan, dalam kondisi normal atau tidak ada serangan hama penyakit, dari 100 bata mampu menghasilkan 7 – 8 kwintal gabah kering giling (GKG). Akan tapi saat ini hanya mendapat sekira 4 -5 kwintal.

“Hasil panen anjok sampai 50 persen. Sebelumnya juga gagal panen karena kena serangan hama wereng, sekarang ditambah terserang penyakit potong leher,” ujarnya.

Petani yang juga menjadi juru air di wilayah tersebut itu juga  mengaku, tidak mengetahui secara pasti penyebab serangan penyakit yang blast atau potong leher. Hanya ada, Hayat menduga ada beberapa kemungkinan pemucinya, seperti bibit atau benih, kurang pupuk dan pengaruh cuaca.

“Saya tidak tahu pasti munculnya serangan penyakit potong leher, biasanya petani juga menebut hama dedet . Yag pasti sangat merugika petani,” katanya.

Halaman:

Editor: Nuryani


Tags

Terkini

x