Menanam Sendiri Sayuran, Ibu-ibu di Desa Pusparaja Tak Lagi Pusing Dengan Kenaikan Harga

- 24 Februari 2023, 07:16 WIB
IBU-ibu yang tergabung dalam kelompok tani wanita Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya tengah mengolah lahan kosong yang kemudian dijadikan lahan menanam sayuran, Kamis (23/2/2023).
IBU-ibu yang tergabung dalam kelompok tani wanita Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya tengah mengolah lahan kosong yang kemudian dijadikan lahan menanam sayuran, Kamis (23/2/2023). /Aris M. Fitrian/

KORAN PR-Sudah hampir tiga bulan terakhir ini, para ibu di Desa Pusparaja Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya tidak lagi dipusingkan dengan fluktuasi kenaikan harga-harga sayuran di pasaran. Berapa pun kenaikan harga yang terjadi, mereka tetap enjoy bisa memasak sayuran sepuas hati.

Hal ini dikarenakan ibu-ibu di desa Pusparaja tersebut terlibat aktif dalam menanam sayuran di lahan-lahan kosong di sekitar rumah mereka. Kegiatan ini sebagai bentuk implementasi Program P2WKSS atau Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera oleh pemerintah Desa Pusparaja.

Kepala Desa Pusparaja, Ajo Sutarjo, mengatakan, untuk menumbuhkan semangat masyarakat khususnya para ibu rumah tangga dalam bercocok tanam, maka pihak pemerintah desa memberikan modal berupa berbagai benih sayuran, pupuk dan kebutuhan pertanian lainnya.

"Kami bangga ketika melihat para ibu-ibu ini sangat antusias untuk melaksanakan program tersebut. Sehingga kami pun ikut bersemangat untuk mensupotnya," jelas Ajo, Kamis 23 Februari 2023.

Dikatakan dia, di desa Pusparaja kini telah terbentuk 4 kelompok Tani Wanita. Dimana masing-masing  kelompok terdiri dari 25 orang anggota.

Sehingga tidak heran bila hampir di setiap pekarangan rumah warga dan lahan yang semula tidak produktif banyak terlihat berbagai macam tanama sayuran ditanam. Seperti kangkung darat, pakcoy, bawang daun, saladah bokor, tomat hingga cabe rawit yang kini dipasaran harganya sudah menyentuh Rp 70.000 per kilogram.

Ajo menjelaskan, bila program P2WKSS di Desa Pusparaja ini sudah berlangsung selama lima bulan. Selama kurun waktu tersebut, para ibu di kelompok tani wanita ada yang sudah dua kali panen. Pasalnya untuk jenis tanaman sayuran ini, paling lama hanya membutuhkan waktu dua bulan saja sudah bisa dipanen.

"Karena program ini sigatnya untuk keseluruhan masyarakat, maka warga yang tidak tergabung dalam kelompok tani wanita juga akhirnya ikut juga melaksanakan penanaman sayuran secara mandiri" kata Ajo. 

Sebagian hasil dijual

Tidak hanya mampu mencukupi konsumsi sehari-hari para anggota kelompok tani,  berbagai macam sayuran yang ditanam ini juga ada yang dijual langsung oleh kelompok tani kepada masyarakat. Meski penjualan hasil panen sayuran ini untuk sementara masih dijual kepada masyarakat sekitar.

"Jadi mereka itu tidak hanya bisa menanam dan memelihara saja, tapi juga sudah mampu menjual langsung kepada warga sekitar," ujar Ajo.

Kedepannya, kata dia, pihak pemerintah desa melalui Bumdes berencana akan menampung terlebih dahulu hasil panen sayuran para kelompok tani tersebut sebelum dijual ke pasar induk. Selain membantu kelompok tani dalam segi pemasaran, juga nantinya ada keseragaman harga jual.

Kini manfaat dari berjalannya program pemanfaatkan lahan pekaranan menjadi kebun sayuran ini, kata Ajo, sangat di rasakan oleh masyarakat.  Hal tersebut terbukti, selain meningkatnya aktifitas masyarakat, khususnya perempuan dalam bidang pertanian, kini secara perlahan taraf perekonomian masyarakatnya pun mulai meningkat.

Salah satu anggota kelompok tani wanita, Maryati, mengaku, sangat bersemangat memanfatkan lahan pekarannya untuk dijadikan kebun berbagai jenis sayuran. Sebab selain dirinya bisa mengkonsumsi sendiri secara bebas, kelebihan hasil panen pun bisa ia jual kepada para tetangga yang memerlukan.

Kini dirinya dan ratusan ibu-ibu di Desa Pusparaja pun sudah tidak memikirkan mahalnya harga sayuran di pasar. Sebab setiap kali hendak memasak syuran, mereka tinggal memetiknya sendiri. Gerakan yang dilakukan ia bersama anggota kelompok tani lainnya ini pun terus ditularkan pada ibu-ibu di Desa Pusparaja. Hingga makin banyak kaum perempuan yang kini bisa mandiri dari bertani menanam sayuran.

"Kalau dulu mau apa-apa harus beli, sekarang tinggal petik dan gak usah beli. Bahkan bila panen sayuran cukup banyak, kami di kelompok tani menjualnya. Hasilnya pun bisa untuk membeli beras dan keperluan lain di rumah," ujar Maryati. ***

Editor: Nuryani


Tags

Terkini

x