Adapun penyebab warga Kampung Adat Naga mematok harga beras cukup mahal, karena sistem pertanian yang warga Kampung Naga terapkan sepenuhnya tradisional dengan pola tanam organik. Mulai dari masa pra-tanam hingga pasca panen dilakukan secara manual tanpa mempergunakan peralatan modern.
Seperti saat menanam, maka dari mulai pola pengairan dan penggunaan pupuknya pun mempergunakan sistem organik. Sehingga tidak pernah mempergunakan pupuk urea atau kimia. Untuk mengubah gabah padi menjadi beras pun dilakukan secara manual dengan cara ditumbuk di lisung, dan tidak menggunakan mesin penggilingan.
“Makanya disini wajar bila harganya mahal. Sebab itukan beras organik. Pupuknya menggunakan dedaunan di alam sekitar. Menggiling gabahnya juga tidak menggunakan mesin, tapi dengan cara di tumbuk pakai lisung," terang Otoy.
Maka tak heran beras yang dihasilkan pun kualitasnya sangat baik. Saat dimasak, nasi yang dihasilkan pulen dan juga wangi. ***