Nyekar Jelang Puasa, Makam Ramai Pedagang Bunga Marema

20 Maret 2023, 14:55 WIB
TRADISI nyekar jelang bulan puasa, makam-makam ramai dikunjungi salah satunya di Kabupaten Majalengka. /Tati Purnawati/

KORAN PR-Jelang puasa Ramadhan sejumlah warga di Majalengka  melakukan ziarah ke makam leluhur. Merekapun membersihkan makam dan ada juga yang membersihkan makam atau mengecat agar terlihat bersih dan rapih. 

Nana Hernadi dan adiknya Irwan Ridwan asal Dukuhsawah, Kelurahan Majalengka Wetan misalnya, keduanya berusaha mengecat nisan dan pemakaman leluhurnya di TPU Girilawungan. Lingkungan makam dibersihkan dan berusaha di cat putih agar terlihat asri.

“Baru sempat sekarang, kebetulan istirahat kerja di proyek perumahan,”  ungkap Nana. 

Eman asal Desa Maja, Kecamatan Maja, dan Eti asal Keluharan Tonjong, Kecamatan Cigasong mereka membersihkan rerumputan di makam orang tuanya. Eman menyebut tidak mengecat hanya mengelap makam dan nisan karena makamnya di keramik sehingga tidak perlu di cat.

“Di pel saja dan dibersihkan rumput di sekitarnya,” ungkap Eman.

Eti yang ke makam bersama suaminya berusaha membersihkan dedaunan, rumput yang mengotori sekitar makam. Ini agar saat keluarga datang ke makam tidak khawatir dengan ulat atau serangga lainnya.

“Ke makam tiap hari Jumat juga kami nyekar, hanya kalau menjelang Ramadhan kan ini biasa tradisi sekaligus membersihkannya,” kata Eti.

Tita malah berusaha ngajahul karena kondisi makam suaminya sudah rusak, ngajahul menurutnya sudah direncanakan jauh sebelum puasa. Pelaksanaan ngajahul jelang puasa hanya memanfaatkan momentu saja sekaligus membersihkan makam.

Pedagang bunga marema

Banyaknya warga yang nyekar ke makam leluhur menjadi berkah bagi pedagang bunga. Engkus salah seorang pedagang bunga  di pintu masuk TPU Girilawungan mengatakan, setiap menjelang puasa omset berjualan bunga  naik berlipat.

Jika hari Jumat secara rutin hanya mampu menjual sebanyak 7 kg bungan, saat menjelang Ramadhan penjualan bunga naik hinggga mencapai 30 kg belum ditambah adanya pesanan melati dan bunga sedap malam, sedangkan saat lebaran hari H hingga H+8 omset penjualan bunga bisa mencapai 50-60 kg per hari.

Bunga yang diperjualbelikan untuk ziarah kebanyakan adalah bunga kingkong, kadang dicampur dengan karniem, bunga bangkai, irisan pandan, nusa indah atau plamboyan karena harganya sama Rp 40.000 per kg terkecuali karniem yang harganya lebih mahal sebesar  Rp 10.000 untuk setiap kg nya atau seharga Rp 50.000 per kg, serta bunga sedap malam setiap tangkainya bisa mencapai Rp 10.000 hingga Rp 20.000 tergantung kondisi bunganya. Sedangkan melati harganya mencapai Rp 200.000 hingga Rp 250.000 per kg karena harus dibeli dari Pasar Kanoman, Cirebon,  berbeda dengan bunga sedap malam dibeli dari petani di Majalengka.

“Kalau melati mah tergantung pesanan, jadi hanya ada jika ada yang memesan karena harga belinya sudah sangat mahal juga diperoleh dari Pasar Kanoman, Cirebon. Kalau tidak ada yang memesan saya tidak pernah menyediakan,” ungkap Engkus yang mengaku pengadaan aneka bunga sudah memiliki pelanggan sendiri, sehingga ketika bunga habis langsung memesan ke petani atau jika melati dibutuhkan langsung memesan ke Cirebon.

Untuk bunga  kingkong menurut Engkus biasa dikirim langsung oleh pengepul asal Blok Sukamulya,  Kelurahan Babakanjawa atau Sinangkasih, demikian juga dengan bunga sedap malam langsung memesan kepada dua petani di Cijati dan Kelurahan Cicurug. Dia sendiri menjual bunga dikemas plastik, masing-masing seharga Rp 5.000.***

 

 

Editor: Nuryani

Tags

Terkini

Terpopuler