Kenduri, Buka Puasa dan Ajang Silaturahmi

- 25 Maret 2023, 00:05 WIB
Foto IPPHOS pada 1967 tentang Presiden Soeharto berbuka puasa bersama wartawan di istana.
Foto IPPHOS pada 1967 tentang Presiden Soeharto berbuka puasa bersama wartawan di istana. /Tangkapan layar https://opac.perpusnas.go.id

 


KORAN PR - BUKA puasa bersama atau bukber menjadi tradisi lazim dilakukan masyarakat Indonesia saat Ramadan. Tak cuma sekadar mengakhiri saum dengan kembali mengonsumsi makanan dan minuman selepas magrib, tradisi tersebut juga lekat dengan ajang saling bersilaturahmi.Kapan tradisi buka puasa bersama itu muncul di negeri ini? Dari hasil penelusuran "PR" terdapat pemberitaan koran lawas tentang buka puasa berisi kenduri atau perjamuan makan.

 

Warta koran berbahasa Belanda, De Sumatra Post pada 8 November 1938 misalnya, memberitakan tentang kenduri besar berbuka puasa yang diselenggarakan untuk menyambut kedatangan Sultan Langkat dan permasurinya di Istana Darul Aman di Tanjung Pura. Saat pukul 18.00 atau bertepatan dengan waktu berbuka puasa, digelar kegiatan kenduri besar yang melibatkan banyak orang dalam acara tersebut.

Apabila ditelisik, istilah buka bersama bukan sesuatu yang populer di masa sebelum negeri ini merdeka. Walau begitu, momentum menyantap makanan dan minuman setelah seharian berpuasa merupakan hal yang spesial, terutama dalam penyajian makanan minuman jenis tertentu.

Pemberitaan Deli Courant, 28 September 1911 umpamanya, menuliskan tentang konsumsi minuman dingin yang dikocok untuk hidangan berbuka. "Ini banyak tersedia di penjual es krim d mana-mana," tulis Deli Courant.

Munculnya makanan dan minuman jenis tertentu yang banyak diburu kala Ramadan tempo dulu tak jauh berbeda dengan saat ini. Saat bulan suci tiba, para pedagang menjajakan berbagai jenis makanan dan minuman atau takjil yang banyak dicari.

Tradisi buka bersama barangkali mulai akrab dilakukan publik pada sekira 1960-an. Foto koleksi IPPHOS pada 1967 contohnya, menampilkan Presiden Soeharto tengah berbuka puasa dengan wartawan di Istana. IPPHOS juga memotret suasana berbuka puasa Dirjen Perhubungan Udara Kardono yang didampingi Dirjen Haji HA Burhani bersama wartawan di Jalan Cipinang Cempedak, 21 Agustus 1978.

Di tahun yang sama, IPPHOS mengabadikan pula kegiatan buka puasa Dirjen Industri Kimia Ir Agus Suyono dengan insan pers di Ditjen Industri Kimia, Jalan Kebon Sirih pada 5 Agustus. Foto-foto itu memperlihatkan aktivitas berbuka saum bersama sudah dikenal dan berlangsung antara para pejabat negara bersama para pewarta.

Hal yang menarik di masa lalu, aktivitas berbuka juga diimbau dilakukan dengan tak menyantap makanan secara berlebihan. Koran berbahasa Sunda, Sipatahoenan pada Sabtu 14 Oktober 1939 memuat tulisan tentang anjuran agar saat berbuka tak menyantap makanan hingga kekenyangan. "Eta kalakoean teh koedoe didjaoehan (Kelakuan seperti itu harus dijauhi)," tulis Sipatahoenan. Dengan makan yang tak berlebihan, ibadah lain seperti salat tarawih, tadarus bisa dilakukan dengan mudah atau tidak dalam kondisi perut yang kekenyangan.

Silaturahmi

Hal lain yang paling dirindukan saat melakukan buka bersama adalah pertemuan dengan kawan, kerabat. Ya, buka bersama merupakan ajang silaturahmi yang mempertemukan sesama kawan lama atau juga kerabat yang sudah jarang berjumpa.

Tak heran, kegiatan tersebut bukan hanya urusan menyantap makanan dan minuman yang terhidang. Lebih dari itu, ada interaksi, obrolan yang penuh gelak tawa antara mereka yang sudah lama tak bersua.

Dalam tradisi Sunda, kegiatan makan bersama bahkan telah dilakukan saat menyambut kedatangan bulan suci berupa papajar atau botram. Tak pelak, tradisi tersebut makin mempererat perkawanan atau persaudaraan, seperti dalam acara buka bersama.

Barangkali Presiden Joko Widodo tak mengerti, buka bersama yang saat ini telah dilarangnya dilakukan oleh pejabat negara dan jajaran pemerintahan bukan perkara menandaskan makanan dan minuman ke perut saja.

Ada silaturahmi yang tersambung dan berbagai manfaat lain dari kegiatan itu. Alasan kehatian-hatian dalam transisi pandemi ke endemi Covid-19 yang dikemukan pemerintah juga terbilang aneh. Semestinya dilakukan pemberlakuan protokol kesehatan dalam kegiatan buka puasa bersama apabila memang perlu kehatian-hatian. Jangan sampai pasar dengan pengunjung yang meluber dibiarkan, konser kesenian sudah boleh dilakukan tanpa pembatasan, sementara buka bersama justru terkena larangan. ***

Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkini

x