Usaha Kolang Kaling Menggeliat Jelang Ramadan, Warga Citatah Ketiban Rezeki

- 23 Maret 2023, 21:08 WIB
Cahya (37), mengumpulkan buah enau yang akan direbus untuk diproduksi menjadi kolang-kaling di Kampung Cibuntu, Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Senin (20/3/2023). Menjelang Ramadan, usaha pembuatan kolang-kaling mulai menggeliat.
Cahya (37), mengumpulkan buah enau yang akan direbus untuk diproduksi menjadi kolang-kaling di Kampung Cibuntu, Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Senin (20/3/2023). Menjelang Ramadan, usaha pembuatan kolang-kaling mulai menggeliat. /BAMBANG ARIFIANTO/"PR"

KORAN PR - MENJELANG Ramadan 1444H/2023, aktivitas usaha pembuatan cangkaleng atau kolang kaling menggeliat di Kampung Cibuntu, RT 04 RW 20, Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Seiring permintaan yang melonjak saat, warga Cibuntu pun kecipratan rezeki dari usaha pembuatan bahan campuran kolak dan es campur itu. Siti, perempuan 38 tahun asal Kampung Selajambe itu tiba-tiba saja bertandang ke kediaman Cahya (37) di Kampung Cibuntu, Desa Citatah pada Senin 20 Maret 2023 sore.

 

Tanpa banyak basa basi, Siti langsung menanyakan ada tidaknya buah kolang-kaling yang diproduksi Cahya. Rupanya, ia tak sabar ingin segera memperoleh kolang-kaling untuk persediaan kolekeun atau campuran kolak untuk keluarganya di bulan puasa. Namun keinginan itu terantuk kenyataan Cahya belum memproduksi kolang-kaling. Hari itu, ia baru memuat dan membawa buah caruluk atau enau dari kebun ke rumahnya menggunakan sepeda motor.

Tak pelak, proses membuat kolang-kaling masing panjang. Cahya mesti terlebih dulu menggondok, mengupas dan memipihkan buah yang belum lama diturunkan dari pohon kawung itu. Mesti agak masygul, Siti mengalah dan bersabar menunggu kolang-kaling tersedia.

Cahya memang memiliki prinsip tak menerima pesanan terlebih dulu. "Mun barang tos janten karek (Kalau kolang-kalingnya sudah ada baru boleh dibeli)," ujar Cahya kepada "PR" di kediamannya.

Ia tak perlu khawatir kolang-kaling produksinya sepi pembeli. Soalnya, momen Ramadan membuat buah produksinya itu laku keras. Cahya tak perlu menjajakan kolang-kaling ke pasar lantaran para pembeli langsung datang ke tempat produksi di rumahnya. Para pembeli berasal dari warga sekitar tempat tinggal atau para pedagang minuman.

Sekali beres produksi, lanjutnya, barangnya langsung habis dibeli. "Sampai aya nu ngantosan (Sampai ada pembeli yang menunggu proses produksinya)," ucapnya.

Sore itu, Cahya memang baru memulai proses produksinya. Namun dari pengalamannya selama tiga tahun berkecimpung dalam dunia usaha pembuatan kolang-kaling, ia sudah bisa menakar berapa hasil produksinya per hari.

Saban hari, ia mampu memproduksi rata-rata satu kuintal kolang-kaling dari empat kuluban atau godokan. Dari hasil produksi per hari itu, Cahya memperoleh pendapatan rata-rata Rp 300.000-Rp400.000.

"Setelah nanti puasa, produksi terus tak berhenti," tuturnya.

Ketiban rezeki

Hasil mengolah buah enau tersebut menambah penghasilan Cahya yang sehari-hari bekerja sebagai pemecah batu kapur di kawasan perbukitan Sanghyang. Tak hanya Cahya, keluarga dan para tetangga di sekitar kediamannya juga ketiban rezeki karena ikut membantu proses produksi kolang-kaling itu di bagian perebusan, pengupasan dan pemipihannya. Mereka memperoleh uang atau kolang-kaling dari hasil membantu produksi tersebut.

Guna memperoleh buah enau, Cahya mendatangi warga yang memiliki pohon kawung. Ia lalu membeli buah enau itu per hangor/turuy atau tandan. Untuk setiap tandannya, ia mesti merogoh kocek Rp 25.000. Harga tersebut sudah terbilang harga standar di tempat tinggalnya.

Walau begitu, ia mengaku kesulitan untuk memperoleh buah enau karena pohon kawung banyak ditebang untuk pembuatan aci. "Abdi ge tos bayar tahun kamari, opat tangkal tos dituar (Saya sudah bayar untuk beli buah enau tahun kemari, ternyata empat pohon sudah ditebang)," ucapnya.

Jika sudah begitu, uang yang telah diserahkan terkadang dikembalikan pemilik pohon atau malah urung kembali. Produksi hanya dilakukan Cahya setiap momen bulan suci.
Ramadan pun bukan hanya bertabur pahala. Lebih dari itu, bulan suci menjadi berkah bagi warga memperoleh rezeki dengan membuat dan menjual bahan atau panganan untuk kebutuhan puasa. ***

Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkini