Adu Program Ramadan demi Mengerek Rating

- 17 Maret 2023, 23:06 WIB
Warga menonton tv di salah satu bengkel sparepart elektronik di Jalan Astana Anyar, Kota Bandung, beberapa waktu lalu.*
Warga menonton tv di salah satu bengkel sparepart elektronik di Jalan Astana Anyar, Kota Bandung, beberapa waktu lalu.* /KHOLID/KOMTRIBUTOR "PR"


KORAN PR - BULAN suci Ramadan 2023 M/1444 H tinggal menghitung hari. Momentum istimewa bagi umat Muslim ini menjadi salah satu ajang bagi televisi untuk menampilkan program khusus. Akan tetapi, diperlukan kebijakan pemirsa untuk memilah program yang tak hanya menghibur, tapi juga sesuai tuntunan.

 

Contohnya saja Ai Rani (39), warga Kabupaten Bandung ini mengaku, saat Ramadan biasanya suka menonton tayangan bertema religi. Pasalnya, saat Ramadan, banyak program bertema keagamaan yang dikemas menghibur dan bervariasi.

"Khusus saat sahur, saya dan keluarga memilih tontonan yang ada komedinya, tapi tetap bermuatan nilai agama. Salah satu alasannya, agar saat sahur tidak mengantuk, apalagi anak-anak ya," ungkap Ai di Bandung, Jumat (17/3/2023).

Ai tak memungkiri, kehadiran Youtube dan over the top (OTT) atau platform streaming sedikit mengubah kebiasaan dia menonton televisi, termasuk saat Ramadan. Apalagi, ada beberapa kanal Youtube yang live streaming saat sahur.

"Untungnya, kalau menonton Youtube bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja. Kalau lagi di rumah, saya baru lihat Youtube jika program televisi lagi enggak ada yang seru," ucap Ai yang bekerja sebagai karyawan swasta ini.

Seperti Ai, Yanti Aprianti (39) juga memanfaatkan Ramadan untuk menyaksikan ragam program religi Islami. Beberapa program televisi yang rutin dia tonton adalah program kuliner dan memasak sajian Ramadan, talkshow bertema Ramadan, sinetron religi dengan unsur komedi, perjalanan menelusuri jejak Islam di dunia, dan tayangan feature Ramadan di negeri orang.

"Program-program seperti ini kan jarang ada di luar Ramadan. Jadi kalau menonton program yang khusus Ramadan, suasana dan ibadah Ramadannya jadi lebih terasa," ungkap ibu dua putri tersebut.

Khusus untuk sahur, biasanya Yanti memilih menonton sinetron komedi religi, seperti "Para Pencari Tuhan" dan "Preman Pensiun". Dua sinetron ini, kata Yanti, bisa ditonton sambil santap sahur bersama keluarga.

Meskipun demikian, saat ini Yanti sudah jarang menonton televisi. Selain karena tidak ada program yang menarik hatinya, beragamnya pilihan kanal di Youtube juga menjadi alternatif tontonan. Selain itu, godaan dari media sosial juga besar, jadi setelah menyiapkan hidangan sahur, biasanya dia membuka Instagram atau TikTok.

"Acara televisi sekarang enggak jelas. Yang tampil dan programnya itu-itu saja. Mulai Ramadan tahun lalu saya lebih memilih nonton Youtube, seperti talkshow dari stand up comedy Indonesia. Kalau program ceramah di Youtube bisa ditonton kapan saja enggak perlu saat Ramadan," tutur Yanti.

Waktu sahur saat Ramadan juga dimanfaatkan Hendra (44) untuk menonton sinetron religi favoritnya, yaitu "Para Pencari Tuhan". Bagi Hendra, sinetron yang tahun ini memasuki musim ke-16 ini dan selalu ditunggu.

"Kalau enggak Ramadan malah enggak pernah menonton televisi. Saya sengaja menonton program religi saat Ramadan, terutama ceramah keagamaan agar puasanya afdal. Yah, hitung-hitung refresing rohani minimal satu tahun sekali," ujar Hendra.

Rating

Berdasarkan survei Neilsen Indonesia, jumlah penonton televisi selama Ramadan mengalami peningkatan. Neilsen Indonesia mencatat, angka penonton atau angka rating televisi (ATR) pada Ramadan 2019 sebesar 13,4 persen. Angka ini naik 1,1 persen jika dibandingkan dengan bulan lainnya, yaitu 12,3 persen.

Situasi serupa juga terjadi pada Ramadan 2020. Tercatat jumlah penonton televisi naik 0,7 persen jika dibandingkan bulan lainnya, yakni menjadi 14,6 persen dari 13,9 persen.
Pada Ramadan 2021, angka penonton televisi naik 1,4 persen dari bulan sebelumnya yang mencapai 10,4 persen. Saat Lebaran 2021, jumlah penonton televisi menjadi 11,8 persen.

ATR pada tahun 2021 yang relatif rendah tersebut dinilai oleh Nielsen karena adanya pengaruh media digital. Pasalnya, pada tahun tersebut, konsumsi media digital mengalami peningkatan sebesar 24%. Selain itu, pada periode 2021 juga Nielsen mencatat adanya penambahan waktu konsumsi media digital sebesar 35% dibandingkan pada ramadan 2019.

Aktivitas konsumsi media digital selama Ramadan itu beragam. Namun aktivitas yang paling signifikan peningkatannya, berdasarkan laporan Nielsen, adalah menonton video dan berbelanja online.

Perubahan perilaku

Direktur Eksekutif Nielsen Indonesia Hellen Katharina mengatakan, kenaikan jumlah penonton televisi setiap Ramadan adalah karena perubahan perilaku konsumen. Salah satunya karena kebutuhan hiburan ketika sahur dan menantikan waktu berbuka puasa.

"Masa Ramadan selalu mendorong kepemirsaan televisi, khususnya saat sahur, menjelang berbuka puasa, dan setelah salat tarawih. Khusus di jam sahur, peningkatan pemirsa dapat mencapai lebih dari tujuh kali lipat. Jenis program yang menunjukkan peningkatan konsumsi di masa Ramadan tentunya adalah program religi, selain itu ada juga program anak-anak, dan hiburan," kata Hellen.

Laporan Nielsen, sebuah lembaga pengukuran audiens, data dan analitik, menunjukkan bila jumlah penonton televisi di Indonesia selalu mengalami kenaikan pada saat Ramadan. Hal itu seperti tecermin dari survei Nielsen terhadap 12.000 responden di 11 kota besar Indonesia pada periode 2019-2021.

Dalam periode tersebut tercatat ada pola yang sama dimana lonjakan penonton akan terjadi dibandingkan dua minggu sebelum atau sesudah Ramadan. Misalnya saja pada tahun 2021, dua minggu sebelum Ramadan tercatat ATR pada dua minggu sebelum Ramadan tercatat sebesar 10,4%.

Kelompok umur

Pengamat budaya dan komunikasi digital dari Universitas Indonesia Firman Kurniawan menilai, televisi sebagai sumber informasi Ramadan saat ini akan tergantung dengan kelompok umurnya. Audiens dari kelompok generasi Alpha, generasi Z dan generasi milenial atau yang berumur dari 10 sampai 43 tahun, dinilainya sudah jauh berkurang menonton televisi.
“Tetapi Gen Z dan Baby Boomer atau yang berumur 44 sampai 70 tahun, masih konsisten mengunakan televisi sebagai sumber informasi Ramadan,” katanya.
Firman menuturkan, televisi bisa tetap relevan dengan kebiasaan konsumsi media generasi saat ini. Asalkan mampu memenuhi tuntutan-tuntutan yang diharapkan penggunanya terhadap media digital, seperti interaktivitas, adanya pelibatan audiens, dan mampu menghadirkan keunikan. Hal itu termasuk tayangan-tayangan khas ramadan yang biasanya diproduksi oleh televisi.
“Televisi harus berkarakter multinteractive, multilanguage, multigrammar, multitext dan multipurpose,” katanya. ***

Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x