Zaman Baheula, Stasiun Cikadongdong dan Dugaan Sabotase

- 10 Maret 2023, 21:56 WIB
Stasiun Cikadongdong di masa kini kawasan Desa Puteran, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat.
Stasiun Cikadongdong di masa kini kawasan Desa Puteran, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat. /BAMBANG ARIFIANTO/"PR"

KORAN PR - JIKA Anda bepergian menggunakan kereta api yang melintasi jalur Jakarta-Bandung, ada sebuah stasiun dengan nama unik di perlintasan sepur tersebut. Lokasinya ada di dekat jembatan kereta api Cisomang. Ya, stasiun kecil tersebut bernama Cikadongdong, kawasan Desa Puteran, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat.

 

Stasiun tersebut dibangun kala jalur Padalarang-Karawang tengah dibangun pada permulaan abad ke-20. Keberadaan stasiun tersebut juga diabadikan dalam jepretan foto koleksi https://collectie.wereldculturen.nl bertarikh 1900-1910. "Kedatangan kereta kerja dan pemasangan jembatan besi jembatan Tjileuleui dan Tjisaoeheun, jembatan besi sedang dibangun di halaman kereta api di Tjikadongdong," Demikian keterangan foto itu.

Tak pelak, dua jembatan kereta api yang akan dipasang/dibangun di Cileuleuy dan Cisauheun dirakit di halaman stasiun tersebut. Dua pejabat perkeretapian Hindia Belanda yang terlibat dalam pembangunan jalur itu juga nongol dalam foto-foto lawas. Beberapa pejabat itu, yakni WL Harmsen dan DJ Stam, masing kepala dinas dan seksi pembangunan jalur tersebut.

Pada masa lalu, persoalan keamanan di Cikadongdong menjadi sorotan. Dugaan sabotase misalnya pernah mengemuka kala terjadi aksi pelemparan batu terhadap kereta ekspres nomor 34 melintasi Stasiun Cikadongdong sebagaimana pemberitaan koran berbahasa Belanda, De Locomotief, 6 Januari 1928. Aksi yang dilakukan sejumlah orang tersebut ketahuan oleh petugas pengawas kereta api.

Tak cuma pelemparan batu, dua tiang telegraf didapati dalam posisi miring dengan empat gulungan kawat raib dicuri. "Selain itu, beberapa batu diletakkan di perangkat sinyal halte Tjikadongdong, sehingga sinyalnya tidak dapat digunakan," tulis De Locomotief.

Het Nieuws Van Den Dag voor Nederlandsch-Indië, 5 Januari 1928 mewartakan peristiwa tersebut lebih rinci. Kereta itu disebut melaju dari Weltervreden (Gambir, Jakarta) sebelum terjadi pelemparan di Cikadongdong. Peristiwa itu terjadi pada 23 Desember. Dari hasil penyelidikan, enam anak laki-laki pribumi dicurigai sebagai pelaku. Meski begitu, mereka menyangkal melakukan pelemparan.

Peristiwa miringnya tiang telegraf terjadi di antara Stasiun Cikadongdong dan Rende. Tiang itu miring karena empat gulungan kawatnya telah lenyap.

Camat Cikalong juga percaya tindakan itu merupakan perbuatan pidana atau kejahatan. Dengan demikian, aksi menggondol gulungan kawat bukan cuma iseng belaka. Itjok, mandor kereta api mengklaim dan menuding seorang bocah laki-laki dari Kampung Ciharashas terlibat dalam pelemparan. Akan tetapi, sang bocah juga membantah keterlibatannya sewaktu diinterogasi.

Het Nieuws Van Den Dag voor Nederlandsch-Indië pada 20 Januari 1928 memberitakan, pengiriman dua detektif dari kepolisian kota ke Cikadongdong. Keduanya bertugas membantu bupati dalam penyelidikan kasus itu. Para detektif ini juga gagal memberikan hasil apa pun, tidak heran karena perhatian yang diperlukan diberikan pada kasus tersebut sangat terlambat.

Longsor dan kecelakaan

Selain aksi pelemparan, longsor jalan pernah terjadi di Cikadongdong. De Locomotief, 4 Februari 1919 dengan mengutip Aneta menuliskan putusnya koneksi atau hubungan jalur kereta Batavia-Bandung akibat longsor yang terjadi antara Rende-Cikadongdong.
"KA pertama dari Batavia belum tiba di Bandoeng. Kemacetan kemungkinan akan berlangsung beberapa hari," tulisnya.

Beberapa tahun sebelumnya, longsor juga terjadi di lokasi yang sama seperti diberitakan Het Nieuws Van Den Dag voor Nederlandsch-Indië, 14 Desember 1914. Meski demikian, longsor itu bisa diatasi dengan pembersihan di lokasi.

Koran yang sama dengan mengutip Preanger Bode mencatat terjadinya kecelakaan kereta api di Stasiun Cikadongdong sewaktu jalur Padalarang-Karawang tengah dibangun. "Beberapa kereta kerja berpapasan di halte baru Tjikadongdong pada Selasa pagi, antara pukul sepuluh dan sebelas," tulisnya.

Lima orang terluka dalam peristiwa tersebut dengan rincian 4 orang luka ringan dan 1 belum diketahui kepastian kondisinya. Kerusakan material akibat kecelakaan itu disebut sangat kecil sehingga kereta kembali beroperasi beberapa jam kemudian. Namun beredar desas-desus bahwa kecelakaan tersebut menyebabkan 15 orang tewas.

Hal menarik lain dari Cikadongdong adalah pencantuman stasiunnya sebagai alamat atau petunjuk lokasi pemasang iklan dari beberapa onderneming atau perkebunan di Cikalongwetan. Beberapa perkebunan terdekat dengan stasiun itu adalah Gunung Susuru dan Panglejar.

Potongan iklan De Preanger-Bode, 19 Desember 1921 misalnya mencantumkan iklan dari pabrik teh dan karet Panglejar yang mencari pegawai. "Surat ditujukan kepada Administrator, Halte Tjikadongdong. 13131" Demikian isi iklan tersebut yang menjadikan stasiun tersebut sebagai alamat korespondensi kemana surat lamaran itu dikirimkan. ***


Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkini