Dulu, Kasus Difteri Tertutup Flu Spanyol

- 26 Februari 2023, 16:27 WIB
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin Diphteria Tetanus (DT) saat imunisasi anak sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Kediri, Jawa Timur Senin 2 Januari 2023.
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin Diphteria Tetanus (DT) saat imunisasi anak sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Kediri, Jawa Timur Senin 2 Januari 2023. /Prasetia Fauzani/ANTARA FOTO

KORAN PR - INDONESIA merupakan salah satu negara dengan kasus difteri terbesar di dunia. Lonjakan kasus difteri di Indonesia pernah terjadi tahun 2017. Saat itu, sebanyak 146 kota/kabupaten di Indonesia mengumumkan kejadian luar biasa (KLB) difteri.

Menurut Noer Endah Pracoyo dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, faktor yang berperan terhadap kejadian luar biasa difteri di antaranya pendidikan orangtua yang rendah, lingkungan perumahan yang kurang padat, dan pengelolaan vaksin yang kurang baik.

Selain itu, tidak lengkapnya riwayat imunisasi, tidak diimunisasi, serta turunnya kekebalan terhadap difteri seiring dengan bertambahnya usia. Hal itu dituangkan dalam Jurnal Litbang Kemenkes pada tahun 2020 dengan judul: 'Faktor Penyebab Terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri pada Anak di Indonesia. 

Noer mencontohkan kasus difteri di Kabupaten Lebak Banten pada 2015, berdasarkan penyelidikan epidemiologi, disebabkan cakupan imunisasi yang tidak memenuhi target, tingkat pendidikan orangtua yang rendah, dan kepadatan hunian yang tinggi. "Untuk itu diperlukan penyululuhan kepada tokoh masyarakat pentingnya anak untuk mendapatkan imunisasi dasar agar terhindar dari penyakit difteri," kata Noer.

Peran orangtua cukup besar untuk mencegah mewabahnya penyakit difteri. Pun juga peran petugas kesehatan yang memastikan imunisasi dan kesehatan lingkungan terjaga.

Di Jawa Barat sendiri, pada tahun 2016 dan 2018 menjadi provinsi kedua dengan insiden difteri terbanyak di Indonesia. Berdasarkan penelitian Elsa Aliyya Harsanti, Djatnika Setiabudi, dan Merry Wijaya dalam Jurnal Sari Pediatri Vol. 21 No. 5 pada Februari 2020, pada 2016 terdapat 13 kasus dan 2018 terdapat 8 kasus.

"Terjadi komplikasi penyakit difteri pada pasien dengan bull neck, gangguan pada jantung, saluran pernapasan, ginjal, ataupun syaraf berisiko menyebabkan kematian," katanya.

Angka cakupan imunisasi dasar DPT-Hb-Hib (1) dan DPT-HB-Hib (3) di Jawa Barat telah mencapai 97,90% dan 95,6% pada tahun 2016. Sedangkan pada tahun 2017, mengalami penurunan menjadi 89,3% dan 86,5%. Demikian juga dengan cakupan imunisasi DPT-HB-Hib (4) 59,9% dan 53,4%.

"Ini didukung hasil Riskesdas 2018, yang menunjukkan angka cakupan imunisasi difteri pada anak usia 12-23 bulan mengalami penurunan 14,3% dari tahun 2013," sambungnya.

Halaman:

Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x