Otomatisasi dan Kecerdasan Buatan Ancaman (Lama) Tenaga Kerja

- 22 Februari 2023, 16:52 WIB
Presiden Joko Widodo saat meninjau kendaraan Morris Garage 4 EV di pameran IIMS, JIExpo Kemayoran Jakarta, Kamis 16 Februari 2023.
Presiden Joko Widodo saat meninjau kendaraan Morris Garage 4 EV di pameran IIMS, JIExpo Kemayoran Jakarta, Kamis 16 Februari 2023. /Biro Pers Sekretariat Presiden/ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden

 

KORAN PR - DALAM beberapa tahun terakhir banyak fenomena yang terjadi di dunia ini. Ada yang sebelumnya tidak diduga dan disangka-sangka, ternyata kini menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Salah satunya adalah lompatan teknologi yang berkembang sangat pesat hingga membuat orang terkaget-kaget. Penerapan otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI) terus bergulir dan sudah lasti akan mengubah industri. Teknologi ini juga akan membawa manfaat signifikan bagi perekonomian, termasuk peningkatan produktivitas, pertumbuhan, pendapatan, dan lapangan kerja.

SIAPA sangka sekarang menabung atau setor uang ke bank tidak perlu melalui teller lagi. Siapa pula yang menduga bayar tol cukup dengan mengetap kartu yang berisi uang elektronik. Keberadaan telefon selular semakin penting karena bisa menggerakkan semua keinginan kita. Bahkan, banyak pekerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) karena diambil alih mesin atau robot-robot.

Namun, dampaknya adalah banyak pekerjaan yang hilang dan muncul. Hampir semua pekerjaan akan berubah. Secara global, diperkirakan 60 persen dari semua pekerjaan, memiliki sekitar 30 persen aktivitas yang dapat di otomatisasi.

Riset McKinsey pada 2017 menyebutkan, ada 400 juta-800 juta pekerja di dunia yang kehilangan pekerjaan pada 2030 karena otomatisasi. Riset itu juga memperkirakan, sekitar 75 juta hingga 375 juta perlu beralih ke kategori pekerjaan dan mempelajari keterampilan baru.

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengakui, memasuki era revolusi industri 4.0 ditandai dengan penggunaan teknologi digital akan ada banyak jenis usaha yang tidak berkembang bahkan hilang. Industri padat karya bakal digantikan dengan mesin.

"Proses otomatisasi diperkirakan akan semakin masif dalam beberapa waktu ke depan," kata Ida Fauziyah di Jakarta, Selasa 21 Februari 2023.

World Economic Forum (WEF) dengan laporannya pun memperkirakan akan ada 95 juta pekerjaan baru yang yang tumbuh bersamaan dengan 85 juta pekerja yang akan bergerak "Untuk Indonesia, McKinsey telah memprediksi akan ada 23 juta jenis pekerjaan yang terdampak oleh otomatisasi serta akan ada puluhan juta pekerjaan baru yang muncul dalam kurun waktu tersebut," ujarnya.

Tumbuh pesat

Kementerian Ketenagakerjan telah melakukan kajian pasar kerja yang memperkirakan bahwa industri teknologi, komunikasi, dan informasi akan menjadi industri yang paling tinggi pertumbuhannya. "Dalam kajian tersebut juga memproyeksikan jenis pekerjaan yang berkaitan dengan kedua sektor industri tersebut seperti programer, analis data, dan perancang kecerdasan buatan akan menjadi pekerjaan yang tumbuh pesat," katanya.

Untuk pekerjaan tradisional, perannya dapat digantikan oleh teknologi digital. Pekerjaan tukang cetak, pengantar surat, dan resepsionis akan semakin menurun permintaannya di masa depan.

Ida menuturkan, pandemi Covid-19 ini membuat masyarakat maupun industri membentuk tatanan kehidupan baru. Tidak hanya industri yang menerapkan work from home (WFH) tapi juga pola konsumsi masyarakat berubah. Perubahan ini tentu memberikan efek yang besar terhadap perilaku industri dan pekerja sehingga tercipta sebuah tatanan baru dalam dunia kerja.

Teknologi juga membuat pekerjaan menjadi sangat fleksibel baik secara waktu ataupun tempat, sehingga pekerjaan tidak lagi harus dikerjakan dari kantor dengan jam kerja yang monoton. Perubahan ini mempercepat transformasi ketenagakerjaan yang terus bergerak ke arah revolusi industri 4.0. "Pada akhirnya, profil dan skill tenaga kerja yang dibutuhkan di masa depan juga berubah," katanya.

Riset WEF memprediksi kemampuan yang akan semakin dibutuhkan ke depannya adalah pemikiran kritis dan analitis, kreativitas dan inovasi. Kemampuan lain yang dibutuhkan yakni penggunaan dan desain teknologi, kemampuan menyelesaikan masalah, fleksibilitas, kemampuan menghadapi stres serta kepemimpinan dan pengaruh sosial.

Sementara itu, kemampuan yang banyak berhubungan dengan kemampuan manual dan tradisional akan berkurang jumlahnya. "Oleh karena itu, pada saat ini kompetensi dan fleksibilitas kerja menjadi poin utama. Tenaga kerja juga dituntut untuk menguasai perkembangan teknologi dengan soft skills yang memadai. Selain itu, kreativitas, inovasi dan kewirausahaan akan menjadi poin penting bagi perkembangan dunia usaha ke depannya," ujar Menaker.

Vokasi

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jabar, Rachmat Taufik Garsadi yang mulai merasakan adanya perubahan kebutuhan perusahaan saat ini. Dulu dengan nilai investasi sebesar Rp 1 triliun dapat menyerap 1.000 tenaga kerja, namun kini berkurang hingga 90 persen. Hanya 100 pegawai yang dibutuhkan seperti operator mesin.

"Karena dengan otomatisasi lebih murah dan efisien untuk perusahaan. Selain itu isu mahalnya upah pekerja jadi alasan perusahaan melirik otomatisasi,"kata Taufik.

Tren menuju era baru itu mulai terasa di kawasan industri Karawang. Pabrik-pabrik besar mulai memperkerjakan operator untuk mengoperasikan mesin-mesin produksi mereka.
Melihat fenomena tersebut, Pemprov Jabar telah menyiapkan dua langkah antisipasi agar tenaga kerja tetap terserap oleh industri. langkah pertama dengan memperbanyak vokasi bagi tenaga kerja Jabar dengan memanfaatkan Perpres 68/2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi.

"Makanya kita dorong perusahaan dengan dinas pendidikan, lembaga pelatihan kerja (LPK) untuk menggelar pelatihan vokasi. Jadi melalui kerja sama pendidikan dan pelatihàn vokasi, para pencari kerja didorong untuk mendapatkan sertifikasi kompetensi sesuai minat dan bakat serta kebutuhan kompetensi dunia kerja,"tuturnya.

Upaya yang kedua, Pemprov Jabar membentuk IKM (industri kecil menengah) di tengah ekosistem industri besar. "Jadi ada beberapa industri perlu pasokan bahan dari luar. Nanti didorong di satu kawasan industri ada IKM yang dapat menghasilkan bahan sesuai standar perusahaan atau dipadatkaryakan,"ucapnya.

Dia mencontohkan seperti di Tasikmalaya terdapat industri besar yang kaitannya dengan bordir. Pembeli masuk ke industri besar, kemudian industri besar tersebuy membagi-bagikan kebutuhan bahan ke IKM. Selanjutnya, industri besar terkait tinggal menyatukannya.

Sementara itu, perwakilan serikat pekerja dari FSP LEM SPSI Jabar M Sidarta mengatakan, pekerja dipastikan belum siap menghadapi otomatisasi. "Tapi kami sadar tenaga kerja robotik atau otomatisasi memang tidak bisa dihindarkan. Jangankan pekerja, pemerintah pun saya yakin juga belum siap menghadapi hal tersebut,"ucapnya.

Meski demikian, dia mengimbau pekerja harus meningkatkan kapasitas, kompetensi dan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi era otomisasi atau digital ini dalam dunia kerja.
"Otomatisasi ini sudah lama diketahui, seharusnya pemerintah juga sudah harus sudah melakukan antisipasi dengan menyiapkan angkatan kerja yang terampil berkolaborasi dunia pendidikan dan industri,"ucapnya.***

Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkini