Bekali Diri Hadapi Era Otomatisasi

- 22 Februari 2023, 15:43 WIB
PENGENDARA melakukan pembayaran non tunai melalui Gardu Transaksi Otomatis (GTO) di pintu keluar Gerbang Tol Pasteur, Kota Bandung, Selasa, 21 Februari 2023. Secara global, diperkirakan 60 persen dari semua pekerjaan memiliki sekitar 30 persen aktivitas yang dapat diotomatisasi.*
PENGENDARA melakukan pembayaran non tunai melalui Gardu Transaksi Otomatis (GTO) di pintu keluar Gerbang Tol Pasteur, Kota Bandung, Selasa, 21 Februari 2023. Secara global, diperkirakan 60 persen dari semua pekerjaan memiliki sekitar 30 persen aktivitas yang dapat diotomatisasi.* /DENI ARMANSYAH/KONTRIBUTOR "PR"

KECANGGIHAN teknologi yang semakin pesat, di satu sisi sangat membantu manusia dalam mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus. Di sisi lain, perkembangannya yang begitu pesat juga dianggap menjadi ancaman tersendiri, karena diprediksi akan menghilangkan berbagai macam profesi manusia dan lapangan pekerjaan yang saat ini ada.

Pemanfaatan teknologi mampu membantu manusia agar bekerja lebih efisien dan efektif. Maka dari itu, isu tentang pekerjaan manusia yang akan tergantikan dengan teknologi tidak lagi sekadar isapan jempol belaka. Pengurangan pekerja di beberapa sektor industri sudah mulai terasa, dan diprediksi akan semakin banyak terjadi.

Kekhawatiran tersebut semakin mengemuka, antara lain berdasar pada kian berkembangnya platform kecerdasan buatan (artificial intelligence) bernama ChatGPT. Platform ini digadang berkemampuan menjawab pertanyaan dengan kualitas lebih baik dibandingkan mesin penelusuran lain. Padahal, kemampuan yang dimiliki tersebut bahkan “belum apa-apa” dibandingkan dengan apa yang bisa dicapai oleh teknologi AI.

GPT merupakan kependekan dari Generative Pre-Trained Transformer. Ini merupakan chatbot yang bisa menjawab pertanyaan user dengan langkah yang sama seperti manusia, akan tetapi dalam bentuk teks otomatis. Sistem kerja ChatGPT menggunakan algoritma dan mesin pembelajaran untuk membuat pengguna merasa seperti berkirim pesan dengan orang sungguhan.

Kian berkembangnya Robotic Process Automation (RPA), juga digadang bisa menurunkan angka ketergantungan terhadap tenaga manusia secara signifikan. RPA adalah suatu rekayasa perangkat lunak dengan sistem digital untuk melaksanakan tugas-tugas yang berulang dan sederhana serta proses bisnis yang biasanya dilakukan oleh manusia.
RPA disebutkan menjadi perangkat lunak yang dapat meniru aktivitas manusia dalam sistem digital dengan kecepatan dan akurasi hingga 100%. Teknologi RPA dapat ditemukan dalam aktivitas sehari-hari, seperti layanan kesehatan yang digunakan untuk mengelola riwayat kesehatan pasien, pencatatan, penagihan, dan pelaporan.

Dalam layanan keuangan, penggunaan RPA yang paling umum terlihat yaitu pada penggunaan mobile banking dan e-banking, serta manajemen rekening luar negeri. Kemudian dalam manajemen rantai pasokan, penggunaan RPA digunakan untuk mengotomatisasi pemrosesan dan penagihan pesanan, melacak tingkat persediaan, dan melacak pengiriman. Untuk pembelian online, kita bisa mengetahui daftar riwayat barang yang dibeli secara real time.

“Yang namanya kemajuan, tentu kita tidak bisa tahan. Kalau kita coba tahan, kita sendiri yang akan terlibas. Jadi, saya selalu memegang prinsip untuk riding the wave. Selama bisa berselancar, kita tidak akan tenggelam,” ucap pengamat teknoligi informatikan, Christianto Tjahyadi kepada “PR”, Selasa, 21 Februari 2023. 

Tenaga kerja
RPA disebutkan Christianto akan memberikan dampak sangat besar terhadap dunia industri, terutama dalam hal pengurangan tenaga kerja. Berdasarkan perkembangan yang ada, ia memperkirakan bahwa secara perlahan namun pasti, persentase pengurangan tenaga kerja akibat otomatisasi akan semakin membesar.

“Dengan semakin berkembangnya IoT dan RPA ini, perkiraan dalam 5 hingga 8 tahun ke depan, pengurangan tenaga kerja manusia bisa mencapai 30-40 persen, itu besar sekali lho ya,” tuturnya.

Halaman:

Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x