Magnet Masjid Al Jabbar, Urusan Religi, Potensi Bisnis dan Tata Kelola Kawasan

- 16 Februari 2023, 22:13 WIB
SEJUMLAH pedagang kaki lima (PKL)membuka lapak di kawasan Masjid Raya Al Jabbar, Gede Bage, Kota Bandung, Jumat 10 Februari 2023. Masjid yang menjadi daya tarik wisatawan tersebut makin dipadati oleh PKL yang menjamur hingga masuk ke kawasan zona merah yang di tetapkan.*
SEJUMLAH pedagang kaki lima (PKL)membuka lapak di kawasan Masjid Raya Al Jabbar, Gede Bage, Kota Bandung, Jumat 10 Februari 2023. Masjid yang menjadi daya tarik wisatawan tersebut makin dipadati oleh PKL yang menjamur hingga masuk ke kawasan zona merah yang di tetapkan.* /Deni Armansyah

IRING-IRINGAN bus dari berbagai kota seperti tak ­henti-hentinya menyapa Masjid Al Jabbar di Kelurahan ­Cimincrang, Kecamatan Gedebage, ­Kota Bandung. Bus yang rata-rata berpelat nomor luar Jawa Barat, bahkan ­Sumatra itu, membelah akses jalan sempit menuju masjid yang sedang jadi magnet masyarakat luas.

POTENSI bisnis ter­uta­ma usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di sekitar Masjid Al Jabbar sebenarnya cukup menjanjikan. Namun, dari pengelolaannya dan pena­taannya terkesan tak beratu­r­an dan tak terlalu berimbas pada masyarakat sekitarnya. Kema­cetan justru menjadi makanan sehari-hari bagi warga Kelurah­an Ranca­numpang yang lokasi­nya tak jauh dari masjid berka­pasitas 33.000 ­jemaah itu.

Salah seorang pengusaha bi­dang kuliner asal Kelurahan Ranca­numpang, Meta (42) me­ngatakan, memang ada banyak warga yang bisa menjalankan usahanya di sekitaran masjid tersebut. "Hanya, terbatas kepada warga Kelurahan Cimincrang saja. Banyak di antara­nya yang membuka stan-stan kuli­ner di lokasi tersebut. Tetapi jumlahnya tidak terlalu ba­nyak," kata­nya di Bandung, Minggu 12 Februari 2023.

Meta justru mengeluhkan ba­nyak­nya pedagang kaki lima (PKL) liar yang bukan warga sekitar masjid. Mereka bertebaran di lokasi sekitar mas­jid. Padahal, seharusnya warga yang kena imbas pun bisa terfasilitasi untuk bisa membuka usaha kecilnya.

"Belum lagi ormas yang berjaga di lokasi menjadikan suasana di Masjid Al Jabbar benar-benar acakadut lah. Kita hanya kena imbas ma­cetnya. Kami sering telat apabila memesan jasa ekspedisi karena terpotong macet yang hebat, terutama saat akhir pekan," katanya.

Menurut Meta, dampak kemacetan sebenarnya bisa ditangani dengan turunnya pemerintahan setempat. "Me­­reka bisa mengkordinir siapa saja yang berjualan di sana," katanya.

Sebagai warga yang terkena imbas masjid tersebut, Meta berharap, Gubernur Jabar Ridwan Kamil segera membuka jalan baru untuk menuju Masjid Al Jabbar ini. "Terutama jalan tol. Ini kan yang bikin macet tuh adalah bus-bus besar di jalan kecil Cimincrang. Untung saja ja­lannya bagus. Tapi lama-­kelamaan, jalan ini dilewati bus besar, apa enggak rusak? Ka­lau ada perbaikan, nanti ma­cetnya seperti apa?" katanya.

Potensi bisnis paling untuk saat ini adalah kuliner, ter­utama stan-stan makanan murah meriah. "Ini karena rata-rata pengunjung Masjid Al Jabbar adalah dari dae­rah-daerah, " katanya.

Dari pantauan saat ini, usa­ha kuliner di sekitar Mas­jid Al Jabbar merupakan ma­kanan yang hanya dibuat secara cepat, seperti sosis go­reng, batagor, atau rujak. Pa­dahal, seharusnya, ada variasi makanan agar selain wisata re­ligi, pengunjung pun bisa juga menikmati wisata ku­liner.

Halaman:

Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkini

x