Kami Disabilitas Tak Terbayang Menjadi Petani

- 16 Februari 2023, 20:08 WIB
Sejumlah warga disabilitas terlihat se­dang menggarap lahan di lahan garapan di Jalan Raden Demang Hardjakusumah, Kota Cimahi, Minggu 12 Februari 2023.
Sejumlah warga disabilitas terlihat se­dang menggarap lahan di lahan garapan di Jalan Raden Demang Hardjakusumah, Kota Cimahi, Minggu 12 Februari 2023. /Ririn NF

KETERBATASAN fisik tak jadi penghalang untuk tetap ber­kar­ya. Dengan menggarap sebi­dang lahan, puluhan warga disabilitas di Kota Cimahi berinisiatif membuat kegiatan produktif dengan bertani.
Sejumlah warga disabilitas terlihat se­dang menggarap lahan. Ada yang sedang mencangkul, membersihkan gulma, hing­ga menyiram tanaman. Mereka terlihat sibuk di lahan garapan di Jalan Raden Demang Hardjakusumah, Kota Cimahi.
Adalah Permana Dwi Cahya (31) yang menggerakkan pu­luhan warga disabilitas untuk bertani di bawah Kelompok Tani Tumbuh Mandiri (Tuman). Awal mula me­reka tergerak bertani atas ajakan almarhum Prof. Salamun ­Sastra.
"Pada saat itu, almarhum Prof. Salamun memberi perhatian besar kepada teman-teman disabilitas, salah satunya di­ajak bertani. Beliau yakin, kita mampu ber­­tani dengan segala kondisi yang terba­tas," ujar Permana, Minggu 12 Februari 2023.
Kegiatan Kelompok Tani Tuman tersebut eksis sekitar awal 2020. Lahan yang digarap seluas 5.000 meter persegi yang di­pi­n­jam­kan dengan area depan digunakan sebagai Kantor Sekretariat Per­kum­pulan Penyandang Disa­bilitas Indonesia (PPDI) Kota Cimahi.
"Tepat sebelum pandemi dimulainya. Kita diberi hak me­ngelola lahan ini, awalnya memang bukan lahan produktif," katanya.
Saat ini ada 26 anggota Tuman yang ikut bertani. Sebagian besar menyandang disa­bilitas tunadaksa, tuna­rungu/tuli, ada juga tunagrahita. Para penyandang disabilitas bekerja sesuai kemampu­an masing-masing.
“Memang kita serba terba­tas, saya yang tunadaksa ini tidak mampu masuk ke area sempit karena pakai tongkat jadi tugasnya menyiram, me­nanam bibit. Untuk kegiatan lain bisa dikerjakan oleh teman tuli. Saat ini untuk teman tunanetra belum dili­bat­kan dalam kegiatan ber­tani, tapi mereka kadang da­tang sambil silaturahim sambil beri support," ucapnya.
Tidak banyak yang memi­liki kemampuan bertani, ma­yo­ritas belajar autodidak. Mo­­dal bertani juga dikum­pul­kan secara swadaya.
Kegiatan bertani dilakukan kelompok itu di sela-sela menjalani profesi ma­sing-ma­sing. Ada yang be­kerja sebagai servis kompu­ter, ser­vis teve, membuka beng­­kel roda tiga, berjualan kue, hingga ibu rumah tangga.
"Dengan kondisi kami, ti­dak terbayang menjadi pe­tani. Tapi, makin dijalani, ter­nyata mengasyikkan mera­wat tanaman dari mulai me­nyiap­kan lahan, menanam bi­bit, sampai panen. Bangga ter­nyata tangan-tangan kami ini bisa mengelola lahan yang menghasilkan sampai bisa di­konsumsi," ungkapnya.
Beberapa kali mereka sudah berhasil panen seperti ca­bai, jagung, timun, timun suri, kacang tanah, ubi, dan lainnya. Hasil panen Kelompok Tuman dipasarkan ke dinas-dinas, kelurahan, ada ke pasar juga.
“Dari penjualan kita sisih­kan untuk upah dua orang pegawai yang juga tunaru­ngu, operasional pertanian dan uang kas, kalau ada sisa kita bagikan ke anggota," katanya.
Namun, ada kalanya mereka juga mengalami kendala. Faktor eksternal yakni cuaca memang sangat berpengaruh terhadap hasil pertanian.
"Pertanian kan dipenga­ruhi cuaca, memang belum kita kuasai betul. Sempat pula mengalami harga pupuk mahal, dari biasa Rp 5.000 jadi Rp 15.000. Ketika uang kas habis terpakai, ya kita awali lagi dengan swadaya dari anggota siapa dulu yang punya dana talangan," kata­nya.
Mereka juga baru saja men­dapat bantuan peralatan air bersih dari organisasi Human Initiative. "Sejak awal belum ada sumber air, ka­dang kita tampung air hujan kadang sampai beli air. Baru kita dapat bantuan peralatan untuk air, sangat membantu," tuturnya.

Komunikasi

Lewat kegiatan tersebut, ungkap Permana, ada ke­ahlian lain yang dikuasai. Para penyandang disabilitas semakin paham cara berkomunikasi sesama disabilitas.
“Sedikit demi sedikit saya belajar bahasa isyarat sehingga bisa komunikasi de­ngan teman tuli, begitu juga mereka memahami keterba­tasan fisik saya. Saling melengkapi karena kebersama­an ini," tuturnya.
Permana berharap, Kelompok Tani Tuman-Cimahi bisa terus berkembang dan di­ke­lola secara profesional. ­"Ingin lebih meningkat lagi, bisa berkembang, bahkan bisa membuka lapangan pe­kerjaan, terutama bagi teman disabilitas lainnya. Dari hasil pertanian ini, juga bisa membantu pemerintah menekan angka inflasi," katanya.
Kendala keterba­tasan sumber daya manusia (SDM) hingga modal dan peralatan membuat ke­giatan pertanian belum bisa optimal. Pemkot Cimahi pernah memberi bantuan bibit tanaman cabai.
“Kita kekurangan SDM dan sudah ajukan bantuan alat kultivator untuk membantu pengolahan ta­nah. Mudah-mudahan se­gera ada bantuan," ucapnya.

Kolaborasi

Ketua Perkumpulan Pe­nyan­dang Disabilitas Indo­nesia (PPDI) Kota Cimahi M. Taufik sangat mendukung kegiatan Kelompok Tani Tuman-Cimahi. Ia juga sangat terbuka atas kolaborasi de­ngan berbagai pihak untuk mendukung kegiatan organi­sasi tersebut.
Melalui berbagai kegiatan, Taufik berharap masyarakat difabel Kota Cimahi dapat le­bih berdaya serta mau me­ningkatkan kapasitas dan kualitas diri dalam berbagai bidang kehidupannya. PPDI Kota Cimahi pun sangat men­dukung para disabilitas erkarya di kegiatan pertanian tanpa menghilangkan aktivitas atau rutinitas keseharian.
“Kami juga sering sharing dengan kelompok disabilitas lain," ujarnya.
Menurut dia, kelompok tani disabilitas membutuh­kan pembinaan dan pendam­pingan dari Pemkot Cimahi. "Perlu ada pembinaan pertanian secara berkelanjutan, masih butuh pendampingan. Misal ada bantuan bibit dari pemerintah, tapi tindak lanjutnya ke depan juga perlu ada. Misal, pupuk dan peralatan untuk memudahkan kegiatan pertanian ini. Sangat butuh bantuan dari Pemkot Cimahi karena kami kan adanya di Cimahi," tuturnya.***

Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x