KETERBATASAN fisik tak jadi penghalang untuk tetap berkarya. Dengan menggarap sebidang lahan, puluhan warga disabilitas di Kota Cimahi berinisiatif membuat kegiatan produktif dengan bertani.
Sejumlah warga disabilitas terlihat sedang menggarap lahan. Ada yang sedang mencangkul, membersihkan gulma, hingga menyiram tanaman. Mereka terlihat sibuk di lahan garapan di Jalan Raden Demang Hardjakusumah, Kota Cimahi.
Adalah Permana Dwi Cahya (31) yang menggerakkan puluhan warga disabilitas untuk bertani di bawah Kelompok Tani Tumbuh Mandiri (Tuman). Awal mula mereka tergerak bertani atas ajakan almarhum Prof. Salamun Sastra.
"Pada saat itu, almarhum Prof. Salamun memberi perhatian besar kepada teman-teman disabilitas, salah satunya diajak bertani. Beliau yakin, kita mampu bertani dengan segala kondisi yang terbatas," ujar Permana, Minggu 12 Februari 2023.
"Pada saat itu, almarhum Prof. Salamun memberi perhatian besar kepada teman-teman disabilitas, salah satunya diajak bertani. Beliau yakin, kita mampu bertani dengan segala kondisi yang terbatas," ujar Permana, Minggu 12 Februari 2023.
Kegiatan Kelompok Tani Tuman tersebut eksis sekitar awal 2020. Lahan yang digarap seluas 5.000 meter persegi yang dipinjamkan dengan area depan digunakan sebagai Kantor Sekretariat Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kota Cimahi.
"Tepat sebelum pandemi dimulainya. Kita diberi hak mengelola lahan ini, awalnya memang bukan lahan produktif," katanya.
Saat ini ada 26 anggota Tuman yang ikut bertani. Sebagian besar menyandang disabilitas tunadaksa, tunarungu/tuli, ada juga tunagrahita. Para penyandang disabilitas bekerja sesuai kemampuan masing-masing.
“Memang kita serba terbatas, saya yang tunadaksa ini tidak mampu masuk ke area sempit karena pakai tongkat jadi tugasnya menyiram, menanam bibit. Untuk kegiatan lain bisa dikerjakan oleh teman tuli. Saat ini untuk teman tunanetra belum dilibatkan dalam kegiatan bertani, tapi mereka kadang datang sambil silaturahim sambil beri support," ucapnya.
Tidak banyak yang memiliki kemampuan bertani, mayoritas belajar autodidak. Modal bertani juga dikumpulkan secara swadaya.
Kegiatan bertani dilakukan kelompok itu di sela-sela menjalani profesi masing-masing. Ada yang bekerja sebagai servis komputer, servis teve, membuka bengkel roda tiga, berjualan kue, hingga ibu rumah tangga.
"Dengan kondisi kami, tidak terbayang menjadi petani. Tapi, makin dijalani, ternyata mengasyikkan merawat tanaman dari mulai menyiapkan lahan, menanam bibit, sampai panen. Bangga ternyata tangan-tangan kami ini bisa mengelola lahan yang menghasilkan sampai bisa dikonsumsi," ungkapnya.
Beberapa kali mereka sudah berhasil panen seperti cabai, jagung, timun, timun suri, kacang tanah, ubi, dan lainnya. Hasil panen Kelompok Tuman dipasarkan ke dinas-dinas, kelurahan, ada ke pasar juga.
“Dari penjualan kita sisihkan untuk upah dua orang pegawai yang juga tunarungu, operasional pertanian dan uang kas, kalau ada sisa kita bagikan ke anggota," katanya.
Namun, ada kalanya mereka juga mengalami kendala. Faktor eksternal yakni cuaca memang sangat berpengaruh terhadap hasil pertanian.
"Pertanian kan dipengaruhi cuaca, memang belum kita kuasai betul. Sempat pula mengalami harga pupuk mahal, dari biasa Rp 5.000 jadi Rp 15.000. Ketika uang kas habis terpakai, ya kita awali lagi dengan swadaya dari anggota siapa dulu yang punya dana talangan," katanya.
Mereka juga baru saja mendapat bantuan peralatan air bersih dari organisasi Human Initiative. "Sejak awal belum ada sumber air, kadang kita tampung air hujan kadang sampai beli air. Baru kita dapat bantuan peralatan untuk air, sangat membantu," tuturnya.
Komunikasi
Lewat kegiatan tersebut, ungkap Permana, ada keahlian lain yang dikuasai. Para penyandang disabilitas semakin paham cara berkomunikasi sesama disabilitas.
“Sedikit demi sedikit saya belajar bahasa isyarat sehingga bisa komunikasi dengan teman tuli, begitu juga mereka memahami keterbatasan fisik saya. Saling melengkapi karena kebersamaan ini," tuturnya.
Permana berharap, Kelompok Tani Tuman-Cimahi bisa terus berkembang dan dikelola secara profesional. "Ingin lebih meningkat lagi, bisa berkembang, bahkan bisa membuka lapangan pekerjaan, terutama bagi teman disabilitas lainnya. Dari hasil pertanian ini, juga bisa membantu pemerintah menekan angka inflasi," katanya.
Kendala keterbatasan sumber daya manusia (SDM) hingga modal dan peralatan membuat kegiatan pertanian belum bisa optimal. Pemkot Cimahi pernah memberi bantuan bibit tanaman cabai.
“Kita kekurangan SDM dan sudah ajukan bantuan alat kultivator untuk membantu pengolahan tanah. Mudah-mudahan segera ada bantuan," ucapnya.
Kolaborasi
Ketua Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kota Cimahi M. Taufik sangat mendukung kegiatan Kelompok Tani Tuman-Cimahi. Ia juga sangat terbuka atas kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendukung kegiatan organisasi tersebut.
Melalui berbagai kegiatan, Taufik berharap masyarakat difabel Kota Cimahi dapat lebih berdaya serta mau meningkatkan kapasitas dan kualitas diri dalam berbagai bidang kehidupannya. PPDI Kota Cimahi pun sangat mendukung para disabilitas erkarya di kegiatan pertanian tanpa menghilangkan aktivitas atau rutinitas keseharian.
“Kami juga sering sharing dengan kelompok disabilitas lain," ujarnya.
Menurut dia, kelompok tani disabilitas membutuhkan pembinaan dan pendampingan dari Pemkot Cimahi. "Perlu ada pembinaan pertanian secara berkelanjutan, masih butuh pendampingan. Misal ada bantuan bibit dari pemerintah, tapi tindak lanjutnya ke depan juga perlu ada. Misal, pupuk dan peralatan untuk memudahkan kegiatan pertanian ini. Sangat butuh bantuan dari Pemkot Cimahi karena kami kan adanya di Cimahi," tuturnya.***