Seorang Jemaah Calon Haji Harus Sedia Minimal Rp 75 Juta

- 15 Februari 2023, 21:44 WIB
Petugas tengah melaksanakan pelayanan pendaftran haji dan umrah di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tasikmalaya, Rabu 15 Februari 2023).
Petugas tengah melaksanakan pelayanan pendaftran haji dan umrah di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tasikmalaya, Rabu 15 Februari 2023). /Aris Mohamad Fitrian

 

 


SELAMA kurun waktu tahun 2022 hingga Februari 2023, tercatat sebanyak 554 orang jemaah calon haji asal Kabupaten Tasikmalaya membatalkan keberangkatannya ke Tanah Suci. Selain karena alasan meninggal dunia dan sakit, faktor lain seperti masalah ekonomi juga disinyalir menyebabkan calon haji membatalkan jadwal kebarangkatan mereka.

Jumlah masyarakat yang membatalkan keberangkatan haji pun diprediksi akan makin banyak karena terjadi kenaikan Biaya Perjalanan Ibadah haji (Bipih) atau ongkos naik haji 2023. Apalagi telah disepakati bahwa ONH 2023 sebesar Rp 49,8 juta.

"Alasan pembatalan bermacam-macam, karena meninggal dunia, sakit keras, hingga masalah lain-lain. Masalah lain-lain ini kita dalami, ternyata mulai dari ekonomi, hingga memilih umrah karena merasa menunggu terlalu lama untuk berangkat haji," kata Kasi Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) pada Kemenag Kabupaten Tasikmalaya, H. Yayat Kardiyat di Singaparna, Rabu 15 Februari 2023).

Kemenag Kabupaten Tasikmalaya tidak bisa menghalang-halangi jemaah yang membatalkan keberangkatan dengan alasan ekonomi. "Namun kembali lagi jika sudah mantap niatnya, untuk ibadah menunaikan rukun Islam kelima ini, berapapun biayanya, bagi mereka yang sudah bulat pasti tidak menjadi masalah," ujar dia.

Yayat menjelaskan, saat ini untuk waktu daftar tunggu kursi haji di Kabupaten Tasikmalaya jika kuota normal yakni sekitar 17 tahun. Itu artinya bila tahun ini baru mendaftar, maka keberangkatannya dijadwalkan 17 tahun lagi.
"Untuk kuota normal di Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 1.480 orang jemaah haji. Sementara tahun 2022 kemarin, kita hanya mendapatkan 674 kuota calon haji," kata dia.

Keberatan

Jemaah calon haji asal Kabupaten Bandung keberatan dengan penetapan biaya atau ongkos haji pada 2023 sebesar Rp 49,8 juta oleh DPR RI dan Kementerian Agama (Kemenag). Biaya haji tersebut naik dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 39,8 juta.

Agus Ekada bersama isterinya, Eva Siti Fauziyah (38) khawatir kenaikan biaya haji pada tahun ini terus berulang di setiap tahunnya. Apalagi keberangkatan Eva ke Tanah Suci baru direncanakan dalam beberapa tahun mendatang.

"Kalau dari sistem, berangkatnya itu pada 2040, itu kalau pakai aturan tahun 2022 untuk kuota hajinya. Kalau kuotanya 2.500-an orang (seperti sebelum pandemi), kemungkinan delapan tahun lagi," kata Eva di Kantor Kemenag Kabupaten Bandung, Baleendah.

Eva menyampaikan, kedua orangtuanya telah mendaftar haji sejak 2017. Akan tetapi, ayahnya meninggal dunia pada 2020. Dari enam orang ahli waris, Evalah yang menyatakan kesanggupan menerima pelimpahan dari mendiang ayahnya untuk menunaikan ibadah haji.

"Semua jemaah haji juga menginginkan biaya yang semurah mungkin. Jadi, ketika ada kenaikan biaya haji, ya pasti keberatan, tapi ya tetap saja sampai batas waktu yang ditentukan kami tetap akan berusaha buat melunasinya," kata Eva.

Setelah menyetorkan Rp 25 juta untuk pendaftaran kedua orangtuanya, Eva memperkirakan masih butuh ratusan juta rupiah lagi untuk total biaya keberangkatan haji. Selain untuk pelunasan biaya haji, kesiapan dana juga diperlukan buat persiapan hingga biaya di Arab Saudi.

"Kalau bertanya kepada orang-orang yang sudah pergi haji, buat berangkat berdua itu bisa habis Rp 150 juta. Itu termasuk buat oleh-oleh dan keperluan lainnya. Tapi itu dulu, enggak tahu nanti berapa pas giliran saya, insyaallah, berangkat," kata warga Banjaran tersebut.

Eva menilai, berapa biaya yang dibutuhkan untuk berhaji tentunya berbeda-beda. Ada orang yang berniat ke Tanah Suci hanya untuk ibadah, tanpa memikirkan buat membeli oleh-oleh atau menggelar acara yang memerlukan pengeluaran uang.

"Buat sekarang juga masih belum siap (buat melunasi biaya haji). Bismillah, saya mau menabung. Kan bisa diperkirakan tahun berapa berangkatnya, sebelum tahun itu mudah-mudahan semua (kebutuhan dana) sudah siap, diusahakan tidak riba," katanya. Kalau pun hingga waktunya tiba biaya yang dibutuhkan belum bisa terpenuhi, Eva mengaku akan ikhlas tidak memaksakan diri buat berhaji. "Kalau belum ada rezekinya ya barangkali belum saatnya dipanggil, tapi saya komitmen mau usaha dulu," katanya.

Atur uang

Ustadz Ajid (68) dan Mumun Maemunah (65) adalah pasangan suami istri asal Kampung Pangleseran Desa Kertaraharja, Kabupaten Sukabumi yang dijadwalkan bakal berangkat haji tahun 2024 mendatang. Mereka sudah menabung bertahun-tahun dan baru melunasi ongkos naik haji tahun 2014 silam.

Dana yang disetorkan untuk haji lebih dari Rp 76 juta agar mereka berdua bisa berangkat bersamaan menunaikan rukun islam kelima di Tanah Suci. Sisanya, tinggal kembali merogoh kocek untuk persiapan lain, seperti acara syukuran.

Mumun Maemunah mengaku harus pandai-pandai menghitung pemasukan dan pengeluaran agar niatnya untuk naik haji bersama suaminya betul-betul bisa terlaksana tanpa terkendala.
Mumun sudah mendapat informasi tentang adanya kenaikan biaya ongkos naik haji. Jika kenaikannya masih wajar dan tidak sampai puluhan juta rupiah, ia tak terlalu keberatan.

“Kami menyimpan uang Rp 20 juta lebih di bank juga buat jaga-jaga. Nah kalau ada kenaikan terus uangnya kurang, mau tidak mau antara saya atau bapak yang ditunda berangkatnya," ungkap Mumun seperti dilaporkan kontributor “PR” Herlan Heriyadie, Rabu (15/2/2023).

Selain uang Rp 76 juta untuk ongkos naik haji, Mumun juga sudah mengeluarkan uang sebesar Rp 7 juta dari tabungannya untuk biaya Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH), vaksinasi, serta keperluan lainnya yang berkaitan dengan pemberangkatan. Masih ada lagi, ia juga sedang menyiapkan uang bilamana harus ada acara pengajian atau syukuran di kampung.

"Makanya tadi, memang harus siap uang yang tidak sedikit buat naik haji sekarang. Apalagi kan kemarin gara-gara Covid-19 sempat tertunda mau berangkatnya. Harus pintar-pintar mengatur uang juga sama kebutuhan sehari-hari," katanya.

Mumun dan Ajid berharap tetap bisa berangkat haji sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Apalagi, ia dan suaminya sudah sangat mendambakan bisa menunaikan ibadah haji sejak bertahun-tahun lamanya.

"Suami kan ustadz, terus saya juga cuma buka usaha warung kecil-kecilan. Kalau mau berangkat haji harus menabung bertahun-tahun. Sekali seumur hidup," kata Mumun.

Di sisi lain, sejumlah jemaah calon haji dari daerah atau desa harus menjual sawah dan emas untuk bisa melunasi ongkos haji. Menurut Ketua DKM Masjid Agung Kota Tasikmalaya KH. Aminudin Bustomi, keputusan pemerintah untuk menaikkan ongkos haji jangan sampai memberatkan masyarakat.
"Intinya kalaupun harus ada penyesuaian saya kira jangan terlalu besar. Harapan nya ya jangan ada kenaikan, kalaupun harus naik dalam tanda kutip, ya harus paham kondisi rakyat apalagi pascamusibah Covid-19," kata Amin. (Hendro, Herlan, Aris Muhammad Fitrian, Asep MS)***

 

 

 

Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkini