Ramadan dan Lebaran 2023, Prospek Produk Lokal Kota Bandung Fesyen Kian Cerah

27 Maret 2023, 00:05 WIB
PRAMUNIAGA pakaian yang dijualnya di Balubur Town Square, Tamansari, Kota Bandung, Minggu (26/3/2023). Masyarakat mulai mencari-cari model pakaian untuk dipakai dihari raya nanti.* /DENI ARMANSYAH/KONTRIBUTOR "PR"

 

KORAN PR - TOTAL omzet produk fesyen Muslim asal Kota Bandung dari dua kali penyelenggaraan Bandung Hijab Festival pada 2022 mencapai Rp 9,25 miliar. Sementara itu, nilai ekspor pakaian jadi asal Kota Bandung secara umum, 160 juta dolar Amerika Serikat pada 2022. Nilai itu, naik daripada 2021, yakni Rp 137,6 juta dolar Amerika Serikat. Prospek produk fesyen lokal Kota Bandung makin cerah.

 

Data dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung itu menggambarkan tren produk fesyen lokal dalam kota belakangan ini. Berlandaskan data omzet Bandung Hijab Festival maupun realisasi Kota Bandung Januari-Desember 2022, Kepala Disdagin Kota Bandung Elly Wasliah pun meyakini, prospek produk fesyen lokal Kota Bandung makin cerah.

Data beserta pernyataan Kepala Disdagin Kota Bandung merupakan gambaran atas prospek produk fesyen asal Kota Bandung. Badan Pusat Statistik melaporkan, produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan (ADHK) industri tekstil dan pakaian jadi sebesar Rp 35,17 triliun pada kuartal II 2022. Angka itu meningkat 13,74% dari periode sama tahun lalu yang Rp 30,92 triliun.

Pengamat ekonomi dari Universitas Pasundan Acuviarta Kartabi menyebutkan, tak ada data resmi yang berisi tingkat konsumsi masyarakat akan pakaian pada Ramadan maupun menjelang Idulfitri. Omzet dari tiap-tiap pelaku usaha tekstil dan produk tekstil (TPT) bisa sangat fluktuatif.

Menurut dia, Ramadan dan Idulfitri 1444 H/2023 berada pada fase masa transisi pandemi Covid-19. Jika membandingkan dengan 2-3 tahun sebelumnya, Ramadan dan Idulfitri 1444H bakal lebih baik bagi kelangsungan usaha TPT.

"Hasil berbincang-bincang dengan praktisi maupun Bank Indonesia , terdapat perkiraan kenaikan omzet pakaian sebesar 75% sampai 100% saat Ramadan dan menjelang Idulfitri 1444 H. Animo belanja masyarakat terbilang sudah normal pada Ramadan dan Idulfitri tahun ini," tutur Acuviarta.

Perilaku pembeli

Acuviarta mengatakan, masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan membeli pakaian menjelang hari raya, terutama Idulfitri. Beberapa tahun belakangan ini, membeli atau berbelanja pakaian turut secara daring di lokapasar (e-commerce), tak melulu luring dengan mendatangi pasar maupun pusat perbelanjaan.

Menurut hasil survei Jakpat pada 1.042 responden pada 19-21 April 2022 yang tercantum dalam dalam databoks.katadata.co.id, aktivitas belanja online meningkat saat pekan ketiga Ramadan 2022. Pakaian merupakan produk yang paling banyak dibeli responden secara online. Persentasenya 38% pada pekan ketiga Ramadan. Persentase itu naik daripada pekan pertama Ramadan yang masih 28%, kemudian pekan kedua 33%.

Masih dalam hasil survei yang sama, sebanyak 21% responden membeli pakaian muslim saat pekan ketiga Ramadan. Produk lain yang banyak dibeli, yakni perawatan tubuh, perawatan kulit, sepatu, dengan persentase 19% masing-masing. Responden yang membeli tiga produk itu tercatat naik pada pekan ketiga Ramadan, kecuali produk perawatan kulit.

Sebanyak 63% responden membelanjakan kurang dari Rp 500.000 untuk belanja online saat pekan ketiga Ramadan. Adapun perinciannya, 35% responden membelanjakan kurang dari Rp 300.000, dan 28% responden menghabiskan Rp 300.000-Rp 500.000.

Daya beli

Acuviarta berpandangan, daya beli masyarakat membaik ketimbang 2020, 2021, dan 2022. Indikator daya beli masyarakat dalam Indeks Pembangunan Manusia maupun tingkat inflasi yang relatif stabil menguatkan pandangannya tersebut.

Penjualan TPT pada Ramadan maupun Idulfitri tahun ini, menurut Acuviarta, bakal lebih terdongkrak upaya penerapan larangan impor pakaian bekas oleh pemerintah. Bersamaan dengan upaya itu, pemerintah perlu terus mengendalikan harga komoditas pangan.

"Kebanyakan masyarakat mengedepankan pangan dalam daftar belanjanya. Saat ini, beberapa harga sejumlah komoditas masih tinggi, seperti cabai, daging ayam. Pemerintah mesti mengendalikan harga komoditas pangan agar masyarakat lebih leluasa membelanjakan uangnya untuk keperluan nonpangan," ucap Acuviarta.

Acuviarta turut menyampaikan, tengah terjadi perlambatan pada pasar internasional TPT dalam negeri. Mitra dagang TPT dalam negeri, seperti Amerika Serikat dan Eropa tengah menghadapi persoalan ekonomi. Lantaran demikian, menurut Acuviarta, pasar lokal dengan market size begitu besar sangat potensial bagi TPT.

"Permintaan dari Amerika Serikat dan Eropa mengalami perlambatan. Pelaku usaha bisa mengalihkan produk yang biasanya untuk ekspor ke negara-negara itu untuk pemenuhan permintaan dalam negeri," kata Acuviarta. ***

Editor: Suhirlan Andriyanto

Tags

Terkini

Terpopuler