Dosen IPB University Olah Limbah Tandan Sawit Jadi Bahan Baku Fesyen

- 24 Februari 2023, 13:00 WIB
Contoh olahan dari limbah tandan kelapa sawit.*
Contoh olahan dari limbah tandan kelapa sawit.* /DOK HUMAS IPB UNIVERSITY

KORAN PR - Indonesia adalah produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyatakan bahwa produksi minyak sawit Indonesia pada tahun 2018 mencapai 47 juta ton. Tingginya produksi minyak sawit dibarengi dengan meningkatnya limbah pabrik kelapa sawit yang harus dikelola. Salah satunya adalah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS).

Limbah tandan kosong sawit merupakan salah satu limbah padat hasil samping dari proses produksi minyak kelapa sawit. Selama ini, limbah tandan sawit dikumpulkan di area sekitar pabrik, dibakar atau ditebarkan ke area perkebunan sebagai pupuk.

Keberadaan biomassa tandan kelapa sawit sangat melimpah yakni hampir 23 persen dari produksi Crude Palm Oil (CPO). Hal ini yang mendorong Dr Siti Nikmatin, Dosen Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPIMA) IPB University untuk melakukan riset pengolahan tandan kelapa sawit menjadi produk bernilai ekonomi. Dia menciptakan inovasi ini bersama kedua anggotanya Dr Irmansyah dan Bambang Hermawan, MSi.

“Pemanfaatannya sudah dilakukan, namun diperlukan adanya diversifikasi produk untuk menaikkan nilai tambah. Produk limbah kelapa sawit ini selalu ada dan berkelanjutan, oleh sebab itu jika ini dimanfaatkan menjadi produk yang memiliki daya saing, maka itu tepat,” ujar Dr Siti Nikmatin.

Di sisi lain, kebutuhan sandang kini menjadi hal yang utama. Fesyen sendiri penggunaannya sangat luas. Saat ini bahan baku tekstil didapatkan dari selulosa terbaik yang ada pada kapas. Dan dominasi pemenuhan kapas di Indonesia adalah impor, maka diperlukan inovasi untuk menjadi alternatif sumber bahan lain yang dapat digunakan untuk fesyen. Salah satunya dengan menggunakan limbah tandan kelapa sawit.

“Selulosa alam yang Allah ciptakan melalui proses fotosintesis terbaik ada di kapas, namun tidak bisa mencukupi kebutuhan manusia. Oleh sebab itu pasar industri tekstil mencari alternatif. Misalnya dari eucalyptus, akasia, bambu dan limbah polimer sintetis. Inovasi yang telah dibuktikan adalah dengan menjadikan limbah tandan kelapa sawit menjadi rayon viskosa sebagai bahan baku benang dan kain untuk tekstil,” ungkapnya.

Pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh Dr Siti Nikmatin didanai oleh Badan Pengelola Dana Kelapa Sawit (BPDPKS). Agar pemanfaatan produksi limbah tandan kelapa sawit ini dapat maksimal, Dr Siti Nikmatin melakukan pemberdayaan kelompok tani di desa Wirajaya Kabupaten Bogor dan Balai Besar Pulp dan Kertas (BPPK) Bandung.

“Keterlibatan masyarakat desa dan mitra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sehingga tandan kosong kelapa sawit dapat diubah menjadi benang pilin, kain tenun yang menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan produk fashion (tas, sepatu, topi dan lain-lain). Sementara itu kerjasama dengan mitra riset dapat mengolah tandan kelapa sawit menjadi stapel rayon viskosa (kapas buatan) dengan metode wet spinning,” tambahnya.

Ia menjelaskan, tandan sawit kosong diolah menjadi rayon viskosa melalui beberapa tahapan. Pertama dilakukan proses pra hidrolisis kemudian dicuci hingga pH netral. Selanjutnya melalui proses pemasakan untuk menghasilkan pulp untuk kemudian diuji dan diputihkan untuk mendekati derajat bahan kapas.

“Pulp tersebut kemudian diolah menjadi alkali selulosa kemudian diubah menjadi larutan viskosa. Lalu dijadikan rayon viskosa. Larutan ini yang menjadi bahan dasar pembuatan benang pilin," kata dia.

Adapun variasi benang pilin yang dihasilkan ada dua, original dan diwarnai secara alami dengan secang atau pewarna buatan. Benang pilin divariasikan menjadi empat diameter berbeda, kemudian ditenun dengan alat tenun ATBM sesuai dengan kebutuhan fashion.

Selain itu, Dr Siti Nikmatin menjelaskan bahwa potensi limbah tandan kelapa sawit ini dapat digunakan juga untuk kebutuhan lebih luas, yaitu filler biokomposit, co-firing, biobriket, aksesoris building. Menurutnya, hal ini menjadi salah satu tantangan dalam terus melakukan pengembangan riset dari hulu hingga industrialisasi produk, sehingga keilmuan ini memiliki kemanfaatan untuk masyarakat. ***

Editor: Kismi Dwi Astuti

Sumber: Rilis


Tags

Terkini

x