Ekspor Komoditas Pertanian Tahun 2023 Ditargetkan Rp 940 Triliun

- 23 Februari 2023, 19:59 WIB
Ilustrasi komoditas pertanian. *
Ilustrasi komoditas pertanian. * /ARMIN ABDUL JABBAR

KORAN PR - Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan ekspor komoditas pertanian Indonesia pada 2023 mencapai Rp 940,4 triliun. Untuk mengejar itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo telah menunjuk Badan Karantina Pertanian (Barantan) sebagai koordinator patriot ekspor.

Target ekspor sebesar Rp 940,4 triliun ini masuk ke dalam program strategis Kementan yaitu Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Komoditas Pertanian (Gratieks). Gratieks merupakan gerakan seluruh pemangku kepentingan di sektor pertanian untuk meningkatkan nilai ekspor tiga kali lipat secara terstruktur selama periode 2020-2024. Adapun target nilai ekspor 2024 adalah Rp 1.316,6 triliun.

Kepala Barantan Bambang mengatakan, untuk mencapai target nilai ekspor 2023, pihaknya sudah mulai melakukan berbagai persiapan. Salah satunya menentukan komoditas yang akan diekspor. "Barantan sebagai koordinator patriot ekspor diminta mengawal berbagai pengembangan komoditas yang dilaksanakan oleh ditjen teknis, yakni peternakan, perkebunan, hortikultura, tanaman pangan," tuturnya dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu 22 Februari 2023).

Bambang mengakui, target tersebut bukan target mudah. Strateginya, Barantan telah berkoordinasi dengan setiap Direktorat Jenderal teknis di Kementan dan akan mengawal pengembangan komoditas pertanian di setiap Direktorat Jenderal.

"Misalnya banyak permintaan dari luar tentang kopi, rempah, jadi pilihannya kopi dan pala. Kenapa kopi dan pala banyak diminta tapi banyak penolakan dari negara tujuan. Karena perlakuan dari budidaya hingga kemungkinan residu bahan kimia itu masih mungkin terjadi sehingga itu jadi pilihan yang harus dikawal Barantan," ungkapnya.

Akses pasar

Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati AM Adnan menambahkan, salah satu strategi yang dilakukan untuk mencapai target tersebut yaitu dengan bertemu dengan duta besar berbagai negara untuk menawarkan komoditas yang dimiliki Indonesia.

"Sebenarnya kami sering bertemu dengan kedutaan besar, strategi kita sebenarnya menawarkan itu. Dan kita mulai bersurat formal dengan negara-negara tersebut untuk membuka akses pasar komoditas-komoditas yang kita tawarkan," tutur Adnan.

Meski sudah melakukan hal tersebut tetapi akses pasar belum bisa langsung dibuka. Hal itu karena berbagai negara memiliki protokol yang berbeda-beda. Sebagai contoh, di Australia harus melakukan analisis risiko terlebih dahulu untuk komoditas ekspor Indonesia, salah satunya analisis risiko organisme pengganggu tumbuhan.

"Contoh sederhana, sampai hari ini pun, sudah hampir 10 tahun nanas kita belum bisa masuk ke Australia, karena dia beralasan masih dalam proses analisa risiko," ungkap Adnan. ***

Editor: Kismi Dwi Astuti


Tags

Terkini

x