Pelaku UKM Muda Indonesia Lebih Pilih Jadi Reseller

- 17 Februari 2023, 09:34 WIB
Dosen dan peneliti Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia menyumbangkan pemikiran dalam forum diskusi terbatas yang digelar Lembaga Management FEB UI‎ di Kampus UI Salemba, Jakarta belum lama ini.
Dosen dan peneliti Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia menyumbangkan pemikiran dalam forum diskusi terbatas yang digelar Lembaga Management FEB UI‎ di Kampus UI Salemba, Jakarta belum lama ini. /Dok Humas UI

 

DEPOK, (PR).- Hasil survei Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Center, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menunjukkan 61% pemilik UKM berumur lebih dari 40 tahun. Yang menarik, pelaku UKM berusia muda lebih tertarik menjadi reseller produk dari salah satu platform e-commerce Tiongkok.

Kepala UKM Center FEB UI Zahra Kemala memaparkan berdasarkan usia, 37% pemilik UKM berumur 25-40 tahun, dan 2% berumur kurang dari 25 tahun. Dari tingkat pendidikan, didominasi oleh lulusan SMA sebanyak 40%, lulusan SD sebanyak 22%, lulusan SMP sebanyak 21%, pemegang gelar sarjana/magister/doktor sebanyak 11%, serta sebanyak 6% tidak memiliki latar belakang pendidikan.

“Salah satu hasil dari survei ini menunjukkan bahwa pelaku UKM sudah mulai aktif menggunakan aplikasi pesan instan dan media sosial, namun masih belum terlalu familier dengan e-commerce, baik itu dalam kegiatan membeli maupun menjual,” ujar Zahra.

Salah satu dosen FEB UI, Dr. Anna Amalyah menceritakan pengalamannya saat bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta dalam program JakPreneur. Program itu lebih banyak diikuti oleh peserta dengan usia 40 tahun ke atas dan lebih difokuskan pada pendampingan. Pendampingan dilakukan agar para pelaku UKM dapat meningkatkan kualitas usahanya tanpa harus mengorbankan waktunya untuk tetap melakukan aktivitas jual beli dengan pelanggan.

“Ada fenomena menarik di kalangan pelaku UKM yang masih muda, pada rentang kelompok umur 20-29 tahun. Kelompok ini lebih memilih untuk menjadi reseller produk dari salah satu platform e-commerce China, karena menghasilkan margin yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis usaha konvensional,” kata Anna.

Sementara itu, untuk mendalami isu dan masalah yang berkaitan dengan UKM, Hapsari Setyowardhani, dosen FEB UI lainnya menyampaikan, beberapa isu dari pemerintah terkait usaha kecil warga, seperti belum adanya database yang rapi, program yang tumpang tindih dan berulang, belum adanya koordinasi yang efektif, serta banyaknya pelaku UKM yang mengikuti pendidikan dan pelatihan dengan fokus hanya ke bantuan modal yang diberikan, belum ke substansi pelatihan.

Big data

Selain itu, Zahra menambahkan bahwa pemerintah perlu membuat roadmap digitalisasi UKM, mengadakan pelatihan digital yang disesuaikan dengan segmentasi pasar, meningkatkan standar pelayanan ekosistem digital, dan perlu adanya suatu komunitas yang dapat saling mendukung praktik digitalisasi UKM. 

Sebagai tambahan, Kepala Divisi Digital Economy ILUNI FEB UI Imanul Hakim Camil memberikan alternatif lain untuk pengembangan UKM. Ia menyarankan, akan jauh lebih efektif menggunakan skemasuper offtaker sehingga bentuk usaha yang dimitrakan dengan merek dan kualitas sudah terjamin agar omset lebih terjaga. ***

Editor: Kismi Dwi Astuti

Sumber: Rilis


Tags

Terkini

x