Ketahanan Pangan Jadi Kunci Mitigasi Bencana

- 17 Februari 2023, 06:20 WIB
AKADEMISI dari Pusat Unggulan Lingkungan dan Ilmu Keberlanjutan Universitas Padjajaran, Gemilang Lara Utama mempresentasikan tantangan Buruan SAE saat Lokakarya Ketahanan Pangan dan Mitigasi Kebencanaan di Kota Bandung yang berlangsung di Gas Block, Jalan Braga, Kota Bandung, Kamis (16/2/2023).
AKADEMISI dari Pusat Unggulan Lingkungan dan Ilmu Keberlanjutan Universitas Padjajaran, Gemilang Lara Utama mempresentasikan tantangan Buruan SAE saat Lokakarya Ketahanan Pangan dan Mitigasi Kebencanaan di Kota Bandung yang berlangsung di Gas Block, Jalan Braga, Kota Bandung, Kamis (16/2/2023). /SATIRA YUDATAMA

 

BANDUNG, (PR).-
Ketahanan pangan merupakan bagian solusi mitigasi bencana. Bersamaan dengan hal itu, perlu terjalin sinergisitas yang lebih padu antarpemangku kepentingan, seperti pemerintah, akademisi, media massa, komunitas. Hal itu mengemuka saat Lokakarya Ketahanan Pangan dalam Mitigasi Kebencanaan di Kota Bandung, Gas Block, Jalan Braga, Kota Bandung, Kamis 16 Februari 2023.

Koordinator Logistik Pusat Riset Kebencanaan Unpad, Souvia Rahimah menyampaikan, bencana alam, nonalam, atau antropogenik berpotensi menimbulkan dampak sosial. Dia mencontohkan dampak sosial dari pandemi Covid-19 yang merupakan wujud bencana nonalam. "Dampak sosial atas pandemi Covid-19 begitu tampak," ucap dia.

Merujuk pemaparan Souvia, dampak bencana melemahkan daya masyarakat memenuhi kebutuhan, termasuk pangan. Lantaran demikian, dalam konteks pengurangan risiko bencana, kesadaran masyarakat akan pemenuhan kebutuhan pangannya merupakan hal amat penting.

Souvia memuji upaya Pemerintah Kota Bandung -melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP)- terus menggalakan gerakan Buruan SAE. Namun, dalam konteks penanganan bencana, pangan siap konsumsi yang dibutuhkan.

Adapun syarat pangan darurat, ucap Souvia, yakni mengandung protein 10-12% dan lemak 17%, umur simpan panjang, mudah dalam penanganan maupun distribusi, sesuai dengan kondisi -usia, jenis kelamin, kesehatan, lingkungan, level aktivitas- warga terkena dampak.

"Kami tahu, budi daya ikan dan ternak ayam termasuk bagian gerakan Buruan SAE untuk pemenuhan kandungan protein maupun lemak. Akan tetapi, jangankan memasak, untuk menyeduh makanan dengan air panas pun merupakan hal sulit saat terjadi bencana. Perlu ada pengolahan, dan produk hasil gerakan Buruan Sae menjadi pangan darurat," tutur dia.

Pihaknya memiliki fasilitas untuk mengolah, dan memproduksi makanan yang bisa memenuhi syarat-syarat tersebut. Perihal itu, pihaknya siap mempererat sinergisitas dengan Pemkot Bandung.

Lokakarya atas prakarsa DKPP Kota Bandung itu bertujuan merefleksikan perkembangan mitigasi dan pengurangan risiko bencana di Kota Bandung. Kepala DKPP Kota Bandung Gin Gin Ginanjar mengaku resah akan kejadian bencana di berbagai belahan dunia, belakangan ini. Keresahannya itu turut mencakup kesiapsiagaan pemerintah dalam menjaga ketersediaan pangan bagi warga pada saat bencana.

Halaman:

Editor: Kismi Dwi Astuti


Tags

Terkini

x