Menjelajahi Multikulturalisme di Tatar Sunda

- 19 Maret 2023, 18:36 WIB

Persentuhan kebudayaan daerah dengan Islam bukanlah merupakan persentuhan terakhir kebudayaan daerah dengan kebudayaan asing. Kebudayaan daerah di Tatar Sunda pun selanjutnya berinteraksi dengan kebudayaan Cina dan kebudayaan Barat. Tinggalan kebudayaan Cina bisa dilihat pada kelenteng dan vihara. Sementara peninggalan kebudayaan Barat yakni jalur kereta api beserta halte dan stasiun di wilayah Tatar Sunda yang memanjang dari barat ke timur, termasuk ke wilayah-wilayah pedalaman di Tatar Sunda. Di luar itu, tinggalan kebudayaan Barat lainnya yakni bangunan gereja di berbagai kota dan kabupaten. 

Di luar kebudayaan asing, persentuhan kebudayaan daerah di Tatar Sunda juga terjadi dengan kebudayaan daerah lainnya yang ada di Indonesia, khususnya Jawa. Tampak pada undak usuk basa serta munculnya aksara Cacarakan yang menggeser kedudukan aksara Sunda (Ekadjati, 2004). Pengaruh lain juga tampak pada berbagai jenis kesenian daerah di Tatar Sunda, di antaranya benjang, sintren dan jaran lumping.

Secara umum, pergerakan Tatar Sunda dari wilayah monokultural menjadi multikultural dapat dikatakan terjadi melalui jalur maritim. Tak hanya melalui jalur laut lewat tiga pelabuhan utama; Pelabuhan Cirebon, Pelabuhan Banten, dan Pelabuhan Sunda Kelapa, juga melalui jalur sungai. Bahkan, pergerakan melalui jalur sungai ini dapat dijejaki dari kehadiran dua sungai besar pada era Kerajaan Tarumanegara, yakni Sungai Candrabhaga dan Sungai Gomati yang tertuang dalam Prasasti Tugu.

Realitas multikulturalisme di Tatar Sunda dalam perkembangan kontemporer memperlihatkan sebuah realitas tentang Tatar Sunda yang tidak berhenti menjadi wilayah yang semakin beragam dengan tetap mengembangkan konsep keberagaman dalam kesederajatan. Tatar Sunda yang sejak awal telah memperlihatkan diri sebagai wilayah yang beragam menjadi pilihan banyak etnis untuk tinggal dan hidup.

Proses Tatar Sunda menjadi wilayah yang berkomitmen dengan multikulturalisme akan terus berlangsung sekaligus akan terus diuji. Dalam kondisi itulah, penting untuk dipikirkan bersama tentang bagaimana multikulturalisme bisa terus hidup dan berkembang di Tatar Sunda serta mampu memberi inspirasi bagi wilayah lainnya di Indonesia. 

Realitas memperlihatkan upaya untuk mengimplementasikan Bhinneka Tunggal Ika di semua wilayah belumlah memperlihatkan hasil menggembirakan. Tak sedikit wilayah yang masih sulit mengelola keberagaman budaya dengan baik apalagi mengimplementasikan prinsip-prinsip multikulturalisme, keberagaman budaya dalam kesederajatan. Oleh karena itu, sudah selayaknya Tatar Sunda menyiapkan diri menjadi laboratorium hidup multikulturalisme bagi wilayah lainnya. ***

Halaman:

Editor: Huminca Sinaga


Tags

Terkini

Orang Bijak Taat “Dibajak”

31 Maret 2023, 00:00 WIB

Meluruskan Niat Buka Bersama

29 Maret 2023, 21:00 WIB

Syahwat Pamer

29 Maret 2023, 20:54 WIB
x