AID de Preangerbode mencatat pula jasa Divisi Siliwangi yang berinisiatif membangun stadion tersebut. "Meskipun Bandung, setelah Jakarta dan Surabaya adalah kota terbesar ketiga di Indonesia, butuh waktu bertahun-tahun bagi kota pegunungan (itu) untuk mendapatkan stadion yang layak. Kota-kota kecil lainnya telah mendahului Bandung dalam hal ini," tulis koran tersebut.
Anggaran pembangunan tak disetujui
Ketua administrasi/pembangunan stadion, Mayor Mashudi, dalam laporannya, menyebutkan kesulitan awal dalam pengerjaan Siliwangi. Mulanya, biaya pembangunan stadion berasal dari surplus anggaran 1953. Namun, pemerintah pusat atau Jakarta tak menyetujui rencana itu.
Akhirnya, cara lain dicari dengan dana yang dapat dipertanggungjawabkan."