Hargai Batik Lewat Pameran Seni dalam Bercinta, Melabuh Hasrat Melarung Gairah

24 Februari 2023, 21:20 WIB
Pameran Seni dalam Bercinta, Melabuh Hasrat Melarung Gairah.* /ROSYID E. ABBY

 

KORAN PR - HIDUP manusia dipenuhi dengan cinta. Cinta adalah bentuk ekspresi seni tertinggi di alam semesta.

“Terhadap cinta ini, tentunya wawasan dan pengalaman setiap individu itu akan berbeda, dan akan beragam. Hal ini menunjukkan bahwa cinta yang dimiliki manusia tidaklah sebatas hubungan romantis. Cinta terhadap kultur dan budaya pun ada di dalamnya,” ujar Tiffany Aria, seorang seniman Bandung, yang pada 18-19 Februari 2023 menyelenggarakan eksebisi/pameran Seni dalam Bercinta: Melabuh Hasrat Melarung Gairah di Rumah Batik Komar, Jalan Cigadung Raya Timur, Kota Bandung.

Tiffany Aria menambahkan, salah satu hasil perwujudan budaya Indonesia yang dicipta dan diproses dengan cinta adalah batik. “Penciptaan sehelai batik pun membutuhkan kontribusi cinta yang tulus dari seorang pembatik. Hal ini adalah esensi dari evolusi batik yang sudah ada berabad-abad lamanya,” ujarnya.

Untuk menghormati warisan budaya itulah, eksebisi yang mengawinkan karya seni tradisional (wastra batik) dan kontemporer (instalasi) itu diselenggarakan, sebagai wujud kecintaan Tiffany terhadap budaya Indonesia. Pameran ini terwujud berkat kerja samanya dengan Rumah Batik Komar.

Public Relation Rumah Batik Komar, Recksha Ferdha Herditya menjelaskan, masyarakat Jawa sudah sejak lama menjadikan batik sebagai simbol kehidupan. Menurutnya, setiap siklus hidup manusia tergambarkan pada motif batik.

Recksha mencontohkan, pada salah satu ruang di pameran ini, ada kain batik yang dipajang dengan dominasi warna merah muda sebagai simbol kegembiraan. Batik itu dibuat dengan teknik kekinian yakni Shibotik. Kebaruan atau permulaan itu selaras dengan salah satu tema cinta monyet yang diusung Tiffany.

"Cinta monyet itu, kan, identiknya dengan cinta yang baru, sangat berbunga-bunga. Makanya warna yang kami pilih lebih ke pink, dan motifnya lebih kontemporer atau lebih modern," tutur Recksha.

Di ruangan lainnya ada batik bertema persahabatan, keluarga, hingga hubungan manusia dengan Tuhannya.

"Pameran ini merupakan (representasi) pengalaman pribadi, di mana saya mengalami apa yang namanya permainan hati, atau istilahnya cinta monyet, atau tertarik pada seseorang karena fisik, keluarga, hingga cinta terhadap yang Mahakuasa," ungkap Tiffany.

Tiffany percaya bahwa cinta adalah tema universal yang tidak akan pernah lekang oleh waktu atau terhalang oleh suku, agama, ras, maupun antargolongan.

Menampilkan ragam interpretasi cinta yang terinspirasi dari pemahaman masyarakat Yunani kuno, dan juga diabadikan dalam studi psikologi-cinta John Alan Lee, pameran ini didekorasi berupa labirin, terdiri dari 8 ruangan. Masing-masing ruangan di-sett karya seni instalasi dengan pajangan kain batik yang menggambarkan makna dari kehidupan itu sendiri.

Merepresentasikan permainan hati, diri, rentang frekuensi tentang pertemanan (persahabatan), keluarga, jantung hati, dan terakhir Ruangan Mahakuasa.

Momen ini, lanjut Tiffany, diharapkan mampu membangkitkan rasa dan membuka wawasan baru bagi para hadirin, bagaimana cinta dapat memanifestasikan diri dalam kehidupan.

Di samping itu, pameran ini bertujuan untuk menstimulasi kecintaan masyarakat Indonesia, terutama generasi muda terhadap batik dengan memanfaatkan momen bulan kasih sayang.

Karenanya, selain pameran, diselenggarakan pula workshop pembuatan batik kontemporer, yang dikolaborasikan dengan teknik shibori (teknik pewarnaan ala Jepang menggunakan ikatan dan celupan).***

Editor: Kismi Dwi Astuti

Tags

Terkini

Terpopuler