Dari Timur ke Bekasi demi Belajar Mengaji

- 27 Maret 2023, 23:18 WIB
SEJUMLAH santri membaca Alquran di POndok Pesantren Al-Fatih Kaaffah Nusantara, Setu, Kabupaten Bekasi.
SEJUMLAH santri membaca Alquran di POndok Pesantren Al-Fatih Kaaffah Nusantara, Setu, Kabupaten Bekasi. /TOMMI ANDRYANDY/"PR"

Buka wawasan

Jufri mengatakan, KH Fadzlan sengaja membangun pesantren jauh dari kampung halamannya di Papua agar para santri bisa membuka diri dan terbuka wawasannya. Kelak putra-putri asal Indonesia timur bisa mengembangkan diri, lalu kembali untuk memajukan kampung halamannya.

“Kenapa kami buat pesantren di Jawa Barat? Bukan di Papua saja? Malahan kami rekrut santri dari Papua agar kami bawa ke sini. Pertama alasannya karena lebih dekat dengan ibu kota. Kedua agar membuka pola pikir mereka, kalau di sana pola pikir anak-anak akan begitu saja. Kalau di sini ada banyak hal baru yang bisa mereka lihat," ungkapnya.

Setelah puluhan tahun berdiri, Pesantren Nuu Waar telah mencetak lebih dari 7.000 orang lulusan yang tak hanya sebagai penghafal Alquran, melainkan ahli di bidang kesehatan dan pendidikan. Para santri pun setelah lulus diminta kembali ke tanah kelahiran untuk mengabdi.

“Lulusan alumni kami setelah lulus ada pengabdian dulu selama setahun, kami bekali peralatan medis, kemudian kami pulangkan ke daerah masing-masing untuk membangun daerahnya sendiri dengan bekal ilmu yang mereka pelajari di sini," kata Jufri.

Jufri menjelaskan, sistem perekrutan calon santri berawal dari jaringan alumni yang telah selesai mengenyam pendidikan di Ponpes Nuu Waar hingga lulus kuliah. Para alumnus ini yang kemudian merekomendasikan putra-putri di kampungnya untuk belajar di Nuu Waar.

"Di tiap daerah kan kami ada alumni, mereka nanti jadi perwakilan kami di sana. Ada yang dari Kaimana, Raja Ampat, Jayapura, Fakfak, Ambon dan Indonesia Timur lainnya. Mereka lah yang mengajukan anak-anak di daerahnya untuk disekolahkan di sini," ungkap Jufri.

Sebanyak 80 persen kuota santri sengaja diperuntukkan bagi anak-anak dari Indonesia Timur yang tidak mampu untuk bersekolah. Biaya perjalanan, sekolah, kuliah, makan dan lainnya, dibayarkan oleh pihak yayasan.

“Kami biayai mereka, semua free, mulai tiket datang ke sini, sekolah sampai SMA, lalu lanjut kuliah, biaya makan dan lainnya. Mereka nanti kalau pulang minimal harus S1. Setelah lulus SMA di sini, ada pengabdian 1 tahun, biar mereka enggak kaget kalau berkuliah di luar pondok. Kemudian kuliah, setelah lulus ada pengabdian lagi setahun di sini. Lalu mereka baru boleh pulang ke daerahnya,” katanya.

5.500 kali

Setiap memasuki bulan puasa, aktivitas di pesantren makin meningkat dengan digelarnya Kampung Halaman Ramadan. Ada 750 santri yang saban hari menghabiskan waktu membaca alquran di masjid. Dari hari pertama puasa hingga Idulfitri nanti, mereka tinggal di pesantren.

Tidak pulang kampung lantaran jaraknya yang jauh. Hanya saja, ada beberapa santri yang dijenguk oleh keluarga yang tinggalnya tidak terlampau jauh.
Karena fokus pada menghafal Alquran, sepanjang hari pun digunakan untuk mengaji. Tidak tanggung-tanggung, pesantren menargetkan 5.500 kali khatam alquran dalam sebulan ini.

Halaman:

Editor: Suhirlan Andriyanto


Tags

Terkini

x