Sukriadi Darma: ”Jangan Mengurus Kehidupan Orang Lain”

- 18 Maret 2023, 05:02 WIB
SUKRIADI Darma, Kepala BBPOM Bandung
SUKRIADI Darma, Kepala BBPOM Bandung /DENI ARMANSYAH/KONTRIBUTOR "PR"

KORAN PR - Sosok Sukriadi Darma seperti obor yang tak pernah padam. Pembawaannya selalu semangat, dalam sebuah sambutan atau sesi wawancara, dia layaknya seperti berorasi. Ucapan yang dituturkan penuh subtansi dan terorganisir. Tak lupa dia sematkan kalimat-kalimat harapan dan optimistis sebagai penutupnya.

Rupanya, pembawaannya tersebut bukan tanpa sebab. Sukriadi mengakui dirinya memiliki jiwa jalanan, yaitu semangat aktivisnya terus melekat hingga membawa dirinya di posisi saat ini. Sukriadi muda adalah sosok anak yang disiplin yang banyak terinspirasi oleh tokoh-tokoh pemimpin nasional dan dunia.

Dia pun tumbuh menjadi anak yang memiliki jiwa kepemimpinan di setiap jenjang pendidikannya, termasuk menjadi aktivis mahasiswa yang aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan maupun organisasi akademis.

Bekal tersebut dibawanya di dunia kariernya di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sehingga dia pun dipercaya menduduki posisi strategis sebagai Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) di sejumlah tempat di tanah air, mulai Gorontalo, Serang, Jayapura, Bandar Lampung, hingga Bandung.

Ditemui usai pemusnahan barang bukti obat dan makanan ilegal beberapa waktu lalu, Sukriadi mengungkap sepenggal cerita kehidupannya pada wartawan Harian Umum Pikiran Rakyat, Novianti Nurulliah dalam sesi wawancara santai di kantornya. Berikut petikannya.

Bisa diceritakan Pak, bagaimana perjalanan Bapak hingga akhirnya bisa mempimpin BBPOM Bandung?
Saya diamanahi sebagai kepala BBPOM Bandung mulai Maret 2022 sampai sekarang. Jadi kurang lebih setahun ya ditugaskan mengawasi obat dan makanan di 19 kabupaten/kota di Jabar. Sebelum bertugas di Bandung, sebelumnya saya kepala BBPOM di Bandar Lampung. Sebelumnya di BBPOM Jayapura, kepala juga. Kalau bisa saya sampaikan, jadi saya itu 13 tahun mulai dari terangkat jadi pegawai negeri sipil di BPOM sejak Desember 2003 di Manado, 5 tahun sebagai staf TU, kemudian promosi jadi kepala seksi pemeriksaan kurang lebih 8 tahun, kemudian jadi kepala seksi sertifikasi itu kurang lebih 6 bulan, tepatnya di tahun 2016. Kemudian saya promosi jadi kepala BPOM di Gorontalo kurang lebih 1 tahun 8 bulan. Kemudian promosi jadi kepala BBPOM di DKI Jakarta pada 2018. Kemudian setelah di Jakarta, saya kurang lebih 8 bulan bergeser jadi kepala BBPOM Serang, Banten, selama 1 tahun 10 bulan. Kemudian bergeser jadi kepala BBPOM di Jayapura 10 bulan dan ke Bandar Lampung 10 bulan, dan selanjutnya ke Bandung Maret.

Selanjutnya Bapak akan ditempatkan di mana lagi setelah di Bandung?
Saya tidak tahu karena penugasan di satu wilayah itu tentu tergantung dari penilaian dari pimpinan. Tapi yang paling penting bagi saya itu adalah ketika kita diamanahi sesuatu itu seperti jabatan, penghargaan, kepercayaan yang diberikan kepada kita, di situ kita harus bertugas sebaik-baiknya. Setelah kita melaksanakan tugas sebaik-baiknya, saya melihat saya dipindah ke mana-mana itu bagaimanapun di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Yang pasti dari semua penempatan yang dialami ada perbedaan-perbedaan budaya, adat istiadat, kebiasaan, tradisi. Itu juga dengan kebijakannya dengan sendirinya bisa memperkaya saya secara pribadi, karena saya belajar bagaimana berinteraksi, menyelesaikan masalah, kemudian berdialog, bersama-sama menyelesaikan segala masalah dari Sulawesi kemudian pindah ke Jawa, pindah ke Papua, Sumatra, sekarang ke Jawa lagi. Memperkaya pengetahuan dan pengalaman saya.

Bapak aslinya dari mana, dan apakah orangtua Bapak mengarahkan Bapak untuk sekolah farmasi?
Saya aslinya dari Kabupaten Sidrap. Jadi saya lahir di Pangkajene, 23 Oktober 1978, di salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan. Jadi saya itu aslinya Bugis. Kedua orangtua saya membebaskan saya. Awalnya saya ingin jadi pilot tapi karena satu dan lain hal, kemudian saya sekolah di pelayaran di Barongbong. Sekolah pelayaran terbaik di Indonesia tahun 1994. Tapi di pelayaran kemudian saya berpikir, kalau hidup saya seperti ini, saya akan di laut terus, dan bagaimana keluarga saya susah, ibadah juga. Saya kemudian meninggalkan pelayaran dan pindah ke pesantren. Di situ saya mengejar ketinggalan saya dengan rajin belajar. Alhamdulillah rangking tapi memang sejak sekolah saya selalu juara kelas dan selalu jadi ketua kelas dan Osis di mana pun. Dan alhamdullilah jadi lulusan terbaik. Saya mendaftar S-1 Teknik Industri ITB, yang kedua Farmasi Unhas, dan ketiga, Akuntansi Unhas. Saya lulus di Farmasi Unhas tapi masih coba daftar di ITB, tapi akhirnya saya berdamai, bersungguh-sungguh menyelesaikan itu di Farmasi.
Dulu waktu saya sekolah suka pelajaran kimia, fisika, biologi. Yang kedua dari dulu saya tidak suka kedokteran. Enggak sukanya itu bukan karena benci, karena saya melihat waktu sekolah dokter itu orang kaya, ada mobil, pakaian bagus, dan farmasi di bawah itu. Kemudian pikiran saya waktu itu, kata teman-teman kalau farmasi itu gampang kerjanya. Begitu kita tamat, kita bisa pegang apotek.

Halaman:

Editor: Eri Mulyani


Tags

Terkini

x